TULUNGAGUNG – Masyarakat Kabupaten Tulungagung rata-rata memproduksi 600 ton sampah tiap hari. Menurut dinas lingkungan hidup (DLH), jumlah itu karena tiap orang memproduksi setengah kilogram (kg) sampah.
Dari jumlah sampah yang dihasilkan tersebut, DLH baru bisa mengelola 120 ton sampah per hari. “Jenis sampah rumah tangga maupun sampah perusahaan untuk setiap hari ada ratusan ton. DLH keterbatasan personel,” ujar Sekretaris DLH Kabupaten Tulungagung, Makrus Manan.
Dia menyebut, DLH tidak bisa maksimal menjangkau pengelolaan sampah itu karena hanya memiliki 400 orang. Selain itu, armada angkut sampah hanya mencapai 32 truk sampah. Idealnya, dengan produksi sampah 600 ton, setidaknya ada sekitar 1.000 personel dan 50 armada truk agar bisa menjangkau seluruh kecamatan. “Setengah dari standar untuk penanganan sampah di Tulungagung. Ke depan berencana untuk penambahan armada truk dan sarpras yang lain, agar semua daerah terlayani,” tandasnya.
Hingga kini, DLH hanya mampu melayani sekitar enam kecamatan yang berada di sekitar perkotaan saja. Seperti Kecamatan Tulungagung, Kedungwaru, Boyolangu, Kauman, Sumbergempol, dan Ngantru. Sedangkan kecamatan sisanya hanya pelayanan di fasilitas umum masyarakat, seperti pasar, masjid, hingga taman.
Dia menerangkan, sisa produksi sampah sekitar 480 ton yang tidak bisa dikelola itu kemungkinan besar dikelola sendiri oleh masyarakat sekitar. Seperti ditimbun di pekarangan maupun dibakar, atau dikelola oleh bank sampah setempat dan tukang rosok yang biasa ditemui di jalanan.
“Masyarakat pemilik lahan luas yang biasanya di pegunungan, memilih untuk membuang sampah dengan ditimbun dan dibakar. Bila ditelisik terdapat 100 ton sampah tiap hari yang dikelola masyarakat, sisanya dikelola tukang rosok dan bank sampah,” terangnya.
Dia mengimbau kepada masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan. Itu dilakukan agar tidak mencemari lingkungan, meskipun DLH belum bisa melakukan pengelolaan sampah 100 persen di Kota Marmer ini.(jar/c1/din)