KOTA, Radar Tulungagung – Belakangan ini, thrifting atau aktivitas berburu barang-barang bekas sedang menjadi tren di Tulungagung. Hal itu dapat dilihat dari semakin merebaknya thrift shop di area Kota Tulungagung dan terlaksananya event-event thrifting. Selain harganya yang murah, barang-barang bekas tersebut merupakan barang-barang import branded dari brand-brand ternama.
Jumlah anak muda di Tulungagung yang menggemari thrifting untuk digunakan kembali tinggi. Menurutnya barang-barang bekas memiliki kuantitas yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan barang baru. Sehingga menjadi nilai tersendiri bagi pengguna barang-barang thrifting. “Bayangin kalau kita pergi ke suatu acara dan di acara tersebut ada orang yang menggunakan baju atau pakaian yang sama persis, kan jadi malu. Nah kalau thrifting dijamin tidak akan mengalami kejadian seperti itu, karena kuantitasnya juga terbatas,” jelas Ketua Event Thrift Market Tulungagung, Yoga Aptian Fani, kemarin (18/4).
Lanjut dia, selain dari kuantitas produk. Berburu barang-barang bekas juga memiliki daya pikat tersendiri. Hal itu karena barang-barang bekas memiliki harga jual yang lebih terjangkau. Sedangkan untuk barang-barang bekas yang dijual merupakan barang-barang branded dan didatangkan secara import dari negara lain. Barang-barang bekas yang dijual di Tulungagung pun beragam, mulai dari sepatu, celana, jaket, kemeja, kaus dan topi. “Karena barang-barang branded dan import itu harga barunya sangat mahal, salah satu solusinya yakni dengan thrifting. Itu merupakan alasan yang paling masuk akal,” paparnya.
Dia menambahkan, thrifting tidak hanya diminati oleh anak muda di Tulungagung. Tak sedikit juga dari pelanggannya merupakan anak kecil, orang yang sudah berusia dewasa hingga orang tua. Sedangkan untuk barang-barang bekas yang dijual yakni sepatu. “Kalau sepatu itu beragam harganya, normalnya berkisar diharga Rp 500 ribu per pasang. Tetapi ada juga sepatu-sepatu rata-rata item yang dibanderol dengan harga Rp 1 juta hingga Rp 2 juta per pasang,” ujarnya.
Disinggung terkait stigma masyarakat terkait jika memakai barang-barang impor bekas bisa menularkan penyakit atau bisa menyebabkan gatal-gatal, dia mengaku, memang ada beberapa penyakit yang bisa ditularkan melalui pakaian. Namun tidak semua pakaian menjadi perantara penularan penyakit. Segala jenis barang-barang bekas yang dijual merupakan barang yang bersih dan siap dipakai. “Sebelum dijual, barang-barang bekas itu akan diseleksi dan sesudah itu akan dilakukan proses pembersihan,” tandasnya.
Sementara itu, salah satu konsumen di event thrifting, Ahmad Najib mengatakan, sangat menyukai berburu barang-barang bekas karena memiliki harga yang terjangkau dan ramah di kantong. Menurutnya hanya dengan uang Rp 200.000 bisa mendapatkan barang bekas berupa pakaian seperti kemeja, kaus dan celana panjang. Selain harganya murah, barang-barang bekas juga masih mempunyai velue yang tinggi karena barang tersebut dari brand-brand besar. “Mau barang bekas kalau mereknya brand-brand besar ya masih percaya diri memakaianya,” pungkasnya. (mg2/din)