TULUNGAGUNG- Vaksinator Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnak Keswan) Tulungagung jadi garda terdepan. Yakni dalam menjangkau sapi-sapi peternak hingga pelosok desa untuk mendapatkan vaksinasi penyakit mulut dan kuku (PMK).
Butuh perjuangan ekstra dalam memberikan edukasi kepada masyarakat terkait wabah PMK. Lantaran belum semua peternak mampu mengatasi persoalan tersebut.
Maka dari itu, Disnak Keswan Tulungagung terus mengerahkan personel guna menjangkau titik kantong peternak sapi pedaging maupun sapi perah. ”Sejak kali pertama sekitar awal Juni ada suspek PMK di Desa Salak Kembang, Kecamatan Kalidawir, pusat kesehatan hewan (puskeswan) di sini langsung bertindak,” ungkap Kordinator Puskeswan Kalidawir, Zulkifli, kemarin (19/7).
Tak ingin wabah PMK semakin merebak, pihaknya lantas mengirim sampel sapi terindikasi penyakit tersebut agar bisa segera ada antisipasi. Apalagi, sejumlah daerah di Jawa Timur (Jatim) sudah ada kasus positif.
Saat itu upaya yang dilakukan puskeswan yakni dengan pengobatan dalam bentuk injeksi, edukasi peternak terkait apa yang harus dilakukan, pemberian suplemen, dan penyemprotan disinfektan supaya tidak menyebar. ”Terpenting waktu itu, bagaimana mengedukasi peternak. Setelah dari kandang, security safety harus diterapkan. Tetangga tidak perlu ke kandang agar tidak menyebar. Keluar dari kandang harus steril,” ungkap pria yang juga dokter hewan tersebut.
Apalagi, virus PMK ini mudah menyebar lewat udara sehingga perlu ada edukasi lebih kepada peternak agar tidak semakin parah.
Di samping itu, kabar wabah tersebut juga menyebar dengan cepat sehingga terjadi kepanikan peternak. Maka, petugas puskeswan ini berpikir bagaimana menenangkan peternak agar jangan sampai panic selling. Jika dilakukan penjualan, itu akan mempermudah penularan PMK. Wajar jika pemerintah gencar merazia hewan di perbatasan masuk Tulungagung hingga penutupan pasar hewan.
Saat vaksin PMK datang, prioritas di Kecamatan Sendang dan Pagerwojo. Lantaran dua kecamatan ini merupakan pusat sapi perah dan daerah dengan nilai potensi ekonomi tinggi. ”Petugas dari sini (Puskeswan Kalidawir) ada yang dikirim ke sana,” ungkap pria 30 tahun tersebut.
Pelaksanaan vaksinasi PMK di Kecamatan Kalidawir dimulai awal Juli lalu. Agar bisa terlaksana dengan cepat, puskeswan menggandeng berbagai pihak mulai pemerintahan desa (pemdes), pemerintahan kecamatan, maupun tokoh masyarakat. ”Kita gandeng perangkat desa untuk memberikan arah ke kandang peternak di Kecamatan Kalidawir maupun Tanggunggunung yang jadi wilayah kerja Puskeswan Kalidawir. Berbagai pihak yang terlibat ini antusias membantu,” katanya.
Hampir tiap hari, dua dokter hewan serta enam petugas ternak dan petugas kesehatan hewan (PTPKH) berangkat pukul 07.00 hingga petang untuk mendatangi kandang peternak di setiap desa di Kalidawir dan Tanggunggunung. Rata-rata sapi di desa ada sekitar 500-1.500 ekor.
Tiap hari dibagi tiga tim. Satu tim ini rata-rata bisa menvaksin 100 ekor sapi. Atau rata-rata 300 ekor setiap hari dan tergantung jumlah tim. ”Tidak libur untuk vaksinasi ini. Malam hari terkadang peternak konsultasi, bagaimanapun itu menjadi tanggung jawab kita kepada peternak. Ternak-ternak jadi ladang penghasilan keluarga, supaya bisa bertahan, maka perlu edukasi. Tidak menjual, tapi lebih melakukan pengobatan,” ujarnya.
Memang, ada berbagai tantangan saat memberikan vaksin kepada sapi peternak. Mereka terkadang mudah percaya dengan berita tidak benar, termasuk vaksin justru membuat sapi sakit. Meski demikian, petugas tetap memberikan pengertian secara perlahan-lahan agar mudah dipahami peternak. Lambat laun, mereka bisa menerima vaksin ketika sebagian besar hewan peternak yang lain sehat.
Dalam waktu dekat juga ada tambahan mahasiswa dari jurusan peternakan Universitas Wijaya Kusuma. Mereka sudah memiliki kemampuan untuk suntik hewan sehingga bisa membantu vaksinasi PMK. (*/c1/din)