TULUNGAGUNG – Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah akan tiba sebentar lagi. Umat muslim berbondong-bondong mempersiapkan kebutuhan untuk menyambut kedatangannya. Tak ketinggalan juga persiapan kursi baru atau perbaikan kursi untuk mempersilakan tamu yang datang berkunjung.
Datangnya Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah memberi rezeki tersendiri bagi Deni Susanto, warga Desa Jatimulyo, Kecamatan Kauman ini. Dia mendapatkan berkah dengan datangnya pesanan, baik membuat atau meraparasi kursi menjelang Lebaran. Pasalnya, pesanan yang datang seperti hari biasa sebelumnya, kini telah mengalami peningkatan.
Hal itu diduga karena peraturan pemerintah yang mulai longgar pada saat Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah nanti. Lantaran diperbolehkannya masyarakat untuk bersilaturahmi kepada sanak saudara maupun tetangga, meskipun tetap harus ketat dengan protokol kesehatan (prokes) seperti memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas.
“Karena Lebaran tahun ini berbeda dengan tahun-tahun pada saat pandemi, ketika itu masyarakat tidak diperbolehkan untuk dolan bodo,” kata Deni Susanto.
Dia mengaku, jika mengingat kurun waktu antara tahun 2020 dan 2021, tak ada pesanan kursi yang datang kepadanya baik untuk memperbaiki ataupun membuat baru. Bahkan pada waktu menjelang Lebaran pun sama, tetap tidak ada pesanan yang datang selama tahun-tahun pagebluk kemarin. Dia juga memaklumi karena memang semua merasa kesulitan pada saat itu.
“Hanya bisa bersabar karena tidak ada pesanan, ya harus pintar untuk mencari rezeki dari hal yang lain. Untungnya secara ekonomi tidak hanya menggantungkan dengan reparasi kursi, akan tetapi memiliki usaha yang lainnya,” katanya.
Peningkatan yang terjadi, dapat dilihat dari jumlah pesanan yang didapatkannya saat mendekati Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah ini. Karena, kini Deni telah menggarap empat pesanan dan satu masih dalam proses pengerjaan. Tak hanya itu, selain reparasi juga sedang menggarap pesanan setengah jadi sebanyak 3 set kursi.
Mayoritas, masyarakat yang mereparasi kursi kepadanya untuk keperluan Lebaran nanti. Lebih khusus untuk mempersilakan tamu yang datang saat Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah, seperti kebiasaan masyarakat Tulungagung pada umumnya.
Dia mengatakan, kini mayoritas adalah untuk memperbaiki kursi yang rusak, baik mengganti spons atau mengganti kainnya. Bahkan untuk kain, Deni harus rela memesan jauh dari luar kota yaitu Surabaya. Itu lantaran untuk kualitas bahan kain di Tulungagung terbilang masih kalah dengan dari Surabaya.
“Apalagi jika memesan dalam jumlah besar biasanya mendapatkan kortingan harga,” katanya dengan tertawa.
Tapi siapa sangka, usaha perajin kursi yang berada di rumahnya ini sudah ada sejak 1985. Dia adalah generasi kedua. Usaha ini dirintis terlebih dahulu oleh orang tuanya. Dia pun mengakui bahwa belajar dalam dunia ini melalui proses yang cukup lama.
“Awal belajar pastinya kesusahan, atau hasilnya masih kurang maksimal. Namun berjalannya waktu dan bertambah pengalaman membuat sentuhan kita ke kursi semakin maksimal,” katanya.
Layaknya perajin pada umumnya, saat menggarap pesanan juga menyesuaikan apa yang diinginkan pelanggan, baik warna, jenis ataupun model yang dipilih. Tentunya permintaan dari pelanggan juga yang membuat dia menentukan harga. Karena untuk jenis bahan juga memiliki harga tersendiri. (*/c1/din)