KOTA BLITAR – Pemerintah Kota (Pemkot) Blitar melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) terus berinovasi. Termasuk berperang melawan stunting atau gizi buruk pada anak.
Salah satunya dengan meluncurkan program DASHAT. Yakni, Dapur Sehat Atasi Stunting. Program baru tersebut di-launching langsung oleh Wakil Wali Kota Blitar (Wawali) Tjutjuk Sunario, kemarin (28/3).
Kegiatan yang digelar di Balai Koesoemo Wicitra itu dihadiri Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Timur Maria Ernawati, dan Pimpinan Bulog Cabang Tulungagung Junaidi. Sejumlah penyuluh KB se-Kota Blitar juga hadir dalam kegiatan tersebut.
Wawali Kota Blitar Tjutjuk Sunario mengatakan, program DASHAT diharapkan bisa mengurangi kasus stunting di Kota Blitar. Sesuai target nasional, pada 2024 angka stunting harus di bawah 20 persen. “Namun sebenarnya untuk Kota Blitar kini sudah diangka 12 persen. Cukup baik karena masuk tiga besar di Jatim,” ujarnya usai launching, kemarin (28/3).
Capaian tersebut, menurut Tjutjuk, telah turut menyumbang penurunan stunting secara nasional. Pemkot terus berupaya untuk menurunkan kasus tersebut. “Kalau bisa kasus menjadi nol. Sebab, ini demi masa depan dan generasi penerus bangsa Indonesia,” kata pria berkacamata itu.
Di sisi lain, jangan terlalu bangga dengan capaian tersebut. Sebab, perjuangan untuk memerangi stunting masih berlanjut. Sejumlah upaya pencegahan harus terus dimaksimalkan dan ditingkatkan.
Pencegahan stunting bisa dilakukan mulai dari ibu hamil (bumil), ibu menyusui, hingga calon pengantin yang hendak menikah. Edukasi tentang stunting harus lebih masif di masyarakat khusus sasaran dari tiga tersebut. “Kami beri wawasan dan layanan pemeriksaan kesehatan, khususnya kepada calon pengantin,” terangnya.
Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Timur Maria Ernawati mendukung penuh program DAHSAT yang diinisiasi DP3AP2KB Kota Blitar. Program itu diharapkan bisa menurunkan kasus stunting di Kota Blitar. “Dengan begitu, Kota Blitar juga turut menyumbang penurunan stunting secara nasional. Terpenting, perlu juga dukungan dari sejumlah pihak terkait salah satunya lewat PKK,” tuturnya.
Kepala DP3AP2KB Kota Blitar Mokhamad Sidik menjelaskan, DAHSAT merupakan program untuk pencegahan stunting. Melalui program tersebut, pemenuhan gizi baik terhadap anak maupun bumil bisa diwujudkan.
Masyarakat khususnya bumil diberikan wawasan yang cukup tentang pemenuhan gizi cukup. Harapannya, bumil tidak sampai melahirkan anak yang menyandang stunting. “Kami ingin selama masa kehamilan itu para bumil mendapat asupan gizi yang cukup baik sesuai kriteria DAHSAT,” terangnya.
“Minimal asupan itu bisa didapat dari panganan lokal sekitar. Misalnya daging, telur, susu ataupun sayur mayur,” imbuhnya.
Yang terpenting, asupan tersebut harus sampai dikonsumsi oleh bumil maupun penyandang stunting. Sejumlah pihak terkait harus berperan aktif untuk turut memerangi stunting. “Upaya pencegahan stunting ini memang harus dilakukan bersama-sama. Bukan hanya dari pemerintah daerah saja, tetapi juga peran serta masyarakat dan pihak swasta lainnya,” tandasnya.
Selain peluncuran program, juga digelar diskusi asik tentang pendidikan kependudukan. Diskusi itu diikuti para penyuluh KB se-Kota Blitar. Selain itu, juga diberikan sejumlah bantuan dari sejumlah pihak. Di antaranya, ada ATTG (Alat Teknologi TepatGuna) dari BKKBN Provinsi Jatim, Bibit Tanaman dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Susu dari CSR Mayangkara Group, Beras Fortivikasi dari BULOG serta Tablet Fe dari dinkes. (sub/wen)