TRENGGALEK – Perjuangan keras Aditya Eka Firmansyah berhasil mencatatkan namanya dalam sejarah. Hal itu seiring pada Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) VII 2022 ini, dirinya berhasil meraih medali emas. Dengan demikian, niatnya untuk jadi yang pertama back-to-back emas pada cabang olahraga (cabor) pencak silat terwujud.
“Hari ini (kemarin, Red) saya tidak ke mana-mana, karena ingin memulihkan kondisi dulu. Apalagi, badan masih sakit setelah bertanding,” ungkapan seperti itulah yang keluar dari mulut Aditya Eka Firmansyah ketika Jawa Pos Radar Trenggalek bertandang ke rumahnya di Kelurahan Tamanan, Kecamatan Trenggalek. Benar saja, beberapa saat berselang, dirinya menunjukkan lengan kanannya yang masih memar. Selain itu, ada bagian tubuhnya yang masih terasa sakit.
Namun, cedera yang dialaminya tersebut tidak bisa menghilangkan rasa bangga lantaran bisa kembali meraih emas dalam cabor pencak silat kelas D putra. Apalagi, yang membuatnya bangga, dirinya merupakan orang yang pertama menorehkan prestasi tersebut. Sebab, sejauh ini, khususnya pada cabor pencak silat belum ada atlet yang kembali meraih emas, setelah keikutsertaannya yang kedua kalinya. Karena itu, ketika diberi pertanyaan, dirinya sesekali melontarkan senyum sebelum menjawab. “Memang benar apa yang dikatakan, mempertahankan lebih sulit daripada meraihnya. Apalagi, saya mengalami cedera pergelangan tangan dalam menjalani pertandingan ini,” katanya.
Itu benar terjadi, apalagi dalam ajang porprov ini ada kebijakan yang diambil, hingga tidak ada training center (TC) bagi kontingen Trenggalek. Padahal, pada porprov sebelumnya (Porprov VI 2019) dilaksanakan TC setidaknya lima hari. Untung saja hal tersebut telah diantisipasinya, dengan dua minggu sebelumnya melakukan latihan mandiri. Kondisi itu membuat dirinya harus berkorban, yaitu bolos kerja guna mewujudkan keinginannya tersebut.
Latihan mandiri yang dilakukan tidak main-main, yaitu setidaknya tiga kali dalam sehari. Menu latihan beragam, mulai dari fisik hingga teknik. Sebab, ketika menjalani latihan tersebut, dirinya terus berkoordinasi dengan sang pelatih. Bukan hanya itu, dalam melakukan persiapan, Adit -sapaan akrabnya- terus menjaga pola makan dan asupan gizi yang memadai. Tujuannya agar bisa menunjang seluruh energi yang dikeluarkan. “Jika sebelumnya setiap pagi saya kerja dan sore latihan, tapi untuk persiapan ini fokus latihan,” imbuh pemuda 21 tahun ini.
Kendati demikian, berbagai gangguan terjadi ketika masa persiapan dengan latihan mandiri tersebut. Salah satunya, rasa malas dan bosan. Sebab, saat itu dirinya tidak memiliki teman yang diajak berbincang atau penyemangat ketika berlatih. Namun, demi keinginannya untuk mencetak sejarah tersebut, hal itu dibuang jauh-jauh.
Tak ayal, dengan persiapan yang matang tersebut, kendati terdapat berbagai permasalahan eksternal, Adit mampu meyakinkan diri ketika bertanding. Hingga akhirnya, dia berhasil mengalahkan lawan-lawannya di berbagai babak. Dari semua babak tersebut, lawan terberat terjadi pada semifinal, ketika menghadapi atlet dari Sidoarjo. Sebab, itu adalah atlet yang dihadapinya ketika partai final pada kejurda silat beberapa waktu lalu. Namun, dengan pengalaman yang dimiliki, dirinya berhasil mengalahkannya hingga masuk final dan membawa pulang juara.
Perolehan juara ini semakin mendekatkan keinginannya untuk masuk pemusatan latihan daerah (Puslatda) Jatim, untuk bersiap di berbagai ajang bergengsi termasuk Pekan Olahraga Nasional (PON). Namun, dirinya harus lolos seleksi daerah (selekda) dahulu untuk mewujudkan hal tersebut. Sebab, untuk langsung masuk puslatda, Adit kekurangan satu tiket juara yaitu medali emas di Pekan Olahraga Mahasiswa Provinsi (Pomprov). Karena itu, Adit akan berjuang lebih keras lagi agar keinginannya terwujud. “Saya tidak bisa ikut Pomprov karena tidak kuliah. Jika kuliah dan ikut, hingga kembali keluar menjadi juara, pastinya tidak perlu ikut selekda untuk masuk puslatda. Sebab, saya telah mengantongi juara kejurda dan porprov,” jelas Adit. (*/c1/rka)