TULUNGAGUNG – Dunia narkoba memberikan pelajaran hidup bagi Fatur Raizul Chawim, warga Desa Tamanan, Kecamatan Tulungagung, yang kini bangkit dari ketepurukan dan menekuni usaha kucing. Usaha yang sudah dijalankannya ini memberi arti bahwa semua orang berhak sukses tanpa memandang latar belakang kehidupan.
Siapa sangka, Fatur Raizul Chawim ini mempunyai sejarah pernah terjerumus sebagai pengguna obat terlarang. Fatur menjalani kehidupan dengan narkoba sekitar empat tahun. Puncaknya, sampai pernah dua kali keluar masuk lembaga pemasyarakatan (lapas) akibat perbuatan melanggar hukum itu. Sampai pada akhirnya, Fatur memutuskan untuk berhenti total dan meninggalkan dunia narkoba yang pernah dijamahnya di tahun 2019.
“Setelah keluar dari rumah tahanan sekitar tahun 2018, saat itu mengalami kehidupan yang sangat berat, sampai-sampai untuk makan saja minta kepada teman karena tidak punya uang. Susah mendapatkan pekerjaan karena status yang baru keluar dari rutan dan sempat menjadi kuli bangunan, beruntung masih mempunyai teman-teman yang peduli,” katanya.
Pada saat masa sulit setelah keluar dari hotel prodeo, Fatur mencoba menekuni usaha kucing. Itu berawal dari seorang teman yang memberikannya seekor kucing secara cuma-cuma untuk dipelihara. Dengan seekor kucing yang dipeliharanya, Fatur mulai belajar bagaimana cara merawat kucing yang baik dan benar, serta pemilihan pakan yang maksimal untuk kondisi kucing.
Pemberian satu ekor kucing itu memberikan ide bagi pemuda bertato ini untuk mencoba usaha kucing. Dengan cara otodidak, dia belajar sedikit demi sedikit untuk breeding kucingnya hingga pemasaran untuk hasil kucing perkembangbiakannya. “Saya sebelumnya tidak mengerti harga kucing, bagaimana breeding kucing, dan tidak mengerti pemasarannya bagaimana. Tapi dengan belajar sendiri, lambat laun juga mengerti tentang itu semua,” katanya.
Fatur mengatakan, sekitar tahun 2020 dengan bermodal Rp 500 ribu dari berutang kepada salah satu temannya, Fatur membeli dua ekor kucing sebagai awal memulai usahanya sampai saat ini. Beberapa kali juga terdapat beberapa masalah, seperti kucing sakit karena perubahan musim. Namun dengan pembelajaran dari pengalaman, hal itu bisa dihindari. Bahkan berhasil menghasilkan anakan kucing dengan kualitas yang bagus.
“Kalau pelihara kucing itu kendalanya waktu pergantian musim karena kucing bisa terserang penyakit,” katanya.
Kini pemuda 26 tahun ini melayani kebutuhan berbagai jenis kucing, mulai jenis kucing bengal yang memiliki harga sampai belasan juta rupiah hingga jenis kucing yang memiliki harga sekitar Rp 800 ribu.
Dia menyebut, usahanya ini bisa meraup keuntungan Rp 2 juta sampai Rp 3 juta setiap minggunya. Besar atau kecil keuntungan tergantung pada pesanan yang didapatkan. Kini, usaha yang digeluti di rumahnya sudah mampu menampung maksimal 50 kucing. Untuk pengiriman sudah mencapai beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Tangerang, Ambon, dan daerah lainnya.
“Juga tergantung jenis kucingnya, karena saat ini jenis kucing bermacam-macam dan dengan harga yang berbeda. Kalau di kandang saya paling mahal terdapat kucing yang seekor harganya mencapai Rp 15 juta rupiah,” ungkapnya.
Dia mengaku, banyak omongan dari tetangga sekitar yang berkomentar mengenai kehidupannya. Apalagi dengan statusnya yang pernah keluar dari jeruji besi dan kini mampu bangkit dengan usaha kucingnya. “Saat sudah mulai memiliki penghasilan yang lumayan dan sudah bisa membeli barang-barang seperti motor, banyak omongan dari tetangga sekitar bahwa saya berjualan narkoba,” katanya sambil tertawa.
Dia menambahkan, pada saat pandemi berlangsung justru memberikan berkah untuk usahanya. Bahkan jika dibandingkan saat ini, penjualan kucingnya masih kalah dengan saat pandemi masih marak kemarin. “Malah ramai-ramainya omzet berjualan kucing adalah saat pandemi kemarin. Mungkin karena untuk hiburan masyarakat karena adanya peraturan pembatasan mobilitas masyarakat,” tandasnya. (*/c1/din)