TULUNGAGUNG- Sebelum menjadi perwira Tentara Nasional Indonesia (TNI), Letda Kav Ridwanul Anwar setiap harinya membantu orang tuanya berjualan sate. Berangkat dari keluarga sederhana, bahkan kedua orang tuanya pun tidak miliki ijazah sekolah dasar (SD).
Saat ini, pria asal Desa Gebang, Kecamatan Pakel tersebut bertugas di Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan. “Saya berangkat menjadi anggota TNI dengan modal nekat dan doa orang tua. Waktu sekolah dahulu tidak pernah kepikiran seperti sekarang,” ujar Ridwan, sapaan akrabnya.
Dia bercerita, keinginannya untuk menjadi abdi negara berawal dari ajakan salah seorang teman sekolahnya saat di SMAN 1 Boyolangu memang saat itu berkeinginan menjadi TNI. Namun jalan yang harus dilalui tidaklah mudah, karena menjadi TNI harus mempersiapkan diri baik jasmani sampai psikologi. Sedangkan, untuk les kedua hal tersebut juga butuh biaya tidak sedikit.
Salah satu orang yang berjasa untuk membawanya menjadi sekarang adalah salah satu anggota TNI yang bertugas di Tulungagung bernama Didik. Sosok tersebut membimbing Ridwan untuk memberikan materi psikologis guna mendaftar menjadi TNI. Sedangkan untuk les fisiknya, lanjut dia, hanya nimbrung mengikuti les fisik yang diadakan tanpa membayar karena keterbatasan ekonomi. “Setiap kali saya les ke Pak Didik selalu membawa sate dari rumah untuk beliau. Kemudian sempat saya ingin membayar jasanya karena telah membimbing saya, namun ditolak karena saya dianggap anak olehnya. Bisa dibilang saya tidak mengeluarkan uang sama sekali untuk mengikuti les,” katanya.
Pun tatkala mengikuti tes untuk menjadi perwira TNI, Ridwan pun juga harus berjuang dengan sekitar tiga hari dua malam tidur di pos polisi di sekitaran Lanud Iswahjudi Madiun. Itu dilakukan karena Ridwan tidak memiliki uang yang cukup untuk menyewa satu kamar kos tempatnya beristirahat saat melaksanakan tes menjadi TNI. “Juga sempat sakit saat tes yang membuat nilai saya turun, perbanyak berdoa waktu itu,” katanya dengan tertawa.
Satu hal yang juga dilakukan olehnya saat hendak berangkat melaksanakan tes, yakni mencuci kaki ibunya kemudian air untuk mencuci tersebut diminum. Itu berarti selain usaha yang dilakukan, terdapat restu dan doa dari orang tuanya sehingga membawanya seperti sekarang ini.
Bertepatan dengan Hari Ulang Tahun (HUT) TNI Ke-77 hari ini, Ridwan berpendapat bahwa pada dasarnya anggota TNI diseluruh negeri ini adalah pelindung bagi masyarakat. Kalaupun terdapat beberapa kejadian dewasa ini yang menunjukan bahwa TNI itu jahat, itu hanyalah segelintir oknum. “Tidak semua aparat itu jahat, yang jahat itu adalah oknum,” tutupnya. (mg1/din)