Saat ini batik masih banyak diminati oleh semua kalangan dari remaja sampai usia lanjut. Batik memiliki beberapa jenis pilihan. Salah satu jenis yang paling banyak diminati yaitu batik tulis. Batik tulis merupakan salah satu ciri khas budaya Indonesia. Batik sudah dianggap sebagai warisan budaya yang akan terus dipertahankan dari generasi ke generasi. Sebagai masyarakat Indonesia, kita sebagai warga negara wajib bangga dan ikut serta melestarikan salah satu warisan budaya ini. Salah satu caranya dengan mempelajari batik dan melihat perkembangan usaha–usaha pada batik. Hal ini bisa kita lakukan dengan melakukan sebuah penelitian di salah satu daerah yang berada di Kabupaten Malang, yaitu Desa Lang–Lang.
Usaha batik tulis ini sudah berdiri sejak Februari tahun 2018. Nama usahanya yaitu Batik Tulis Latifa. Didirikan oleh seorang perempuan yang bernama Umi Latifatul Ula. Berdirinya usaha Batik Tulis Latifa ini didasari oleh hobi dan keinginan dari sang pemilik, yang kemudian dikembangkan dan bergabung ke dalam kelompok khusus untuk pembatik agar bisa mendapatkan pengalaman yang lebih. Pemilik bergabung ke dalam kelompok khusus untuk pembatik supaya memperoleh sertifikat dan digunakan untuk membuka kursus di Desa Lang–Lang. Sertifikat ini nantinya digunakan untuk peserta kursus agar mendapatkan pengalaman yang lebih lagi.
Batik Tulis Latifa termasuk ke dalam home industry dan termasuk usaha mikro kecil (UKM). Karena pada proses pembuatan batik tulis itu, pemilik masih mengerjakannya secara individu. Akan tetapi, ketika memperoleh pesanan yang banyak seperti yang digunakan untuk seragam salah satu lembaga, pemilik mengajak beberapa tetangga untuk membantu dalam melakukan proses pewarnaannya. Proses pembuatan Batik Latifa ini melewati proses yang terbilang cukup lama dan diperlukan keahlian khusus. Maka dari itu, pembuatannya tidak secara cuma–cuma agar dapat memperoleh hasil yang maksimal. Wajar bila pemilik membanderol harga yang lumayan mahal. Batik Tulis Latifa ini dibanderol harga mulai dari Rp 500 ribu.
Namun, kini Batik Latifa masih memproduksi kain batik saja, belum sampai pada tahap untuk produksi baju, syal, ataupun barang yang sudah jadi lainnya. Seperti yang sudah dijelaskan di awal, proses pengerjaan satu helai kain batik bisa dikatakan cukup lama karena membutuhkan waktu kurang lebih satu minggu. Motif batik tulis memiliki dua macam, yaitu motif batik tulis kasar dan motif batik tulis halus. Batik tulis memiliki ciri khas pada motifnya yaitu tidak selalu sama atau tidak monoton.
Tema yang diusung pada Batik Latifa yaitu bertemakan batik tulis asli. Perbedaan Batik Tulis Latifa dengan yang lain yaitu pada cara pembuatannya. Batik Tulis Latifa masih menggunakan alat–alat tradisional dan proses pembuatan motif sampai pembuatan warna masih menggunakan tenaga manusia. Sementara itu, pembuatan batik tulis lainnya sudah banyak yang menggunakan mesin, baik melalui digital printing serta pewarnaan yang sudah menggunakan tenaga mesin. Cara membedakan batik tulis asli dengan batik yang dibuat menggunakan mesin cukup mudah. Yaitu, warna dan motif batik tulis asli rapi, sedangkan batik yang menggunakan tenaga mesin digital printing tidak serapi batik tulis buatan tangan.
Antusiasme masyarakat juga menjadi suatu hal penting dalam mengembangkan batik tulis. Perkembangan batik di kalangan masyarakat luas sama dengan kita mengembangkan warisan budaya Indonesia. Mengembangkan batik tulis di era perkembangan industrialisasi dan teknologi menjadi hal yang cukup penting, karena banyaknya teknik pembuatan batik yang dapat mempercepat proses pengerjaan tanpa membutuhkan waktu yang cukup lama. Hal tersebut juga dapat memudahkan pengusaha untuk memproses batik lebih cepat dan lebih banyak, tetapi dari segi nilai batik tulis yang diproses menggunakan alat-alat tradisional lebih kental akan nilai-nilai budaya dibandingkan dengan menggunakan alat teknologi.
Usaha Batik Tulis Latifa ini selain bermanfaat dalam meningkatkan keterampilan, juga dapat bermanfaat sebagai bekal untuk menapaki kemandirian hidup dan dapat dijadikan sebagai lapangan pekerjaan. Maka untuk bisa mengembangkan usaha batik ini dibutuhkan rasa semangat dan antusiasme yang tinggi dari masyarakat Desa Lang–Lang. Namun, kenyataannya, masyarakat Desa Lang–Lang belum banyak yang mengetahui tentang usaha ini. Jadi, Ibu Umi mengenalkannya melalui acara–acara desa. Salah satunya yaitu PKK. (*)