TULUNGAGUNG – Dilakukannya proses flushing di dua bendungan Blitar membawa manfaat bagi sebagian warga Tulungagung yang hidup di bantaran Sungai Brantas. Ikan jenis bekel, wader, hingga nila ditangkap para warga.
Pesta rakyat terjadi di sepanjang bantaran Sungai Brantas yang ada di Kabupaten Tulungagung kemarin siang (22/3), tapi bukan karena pemilu. Namun, mereka menikmati limpahan beberapa jenis ikan yang didapatkan dengan mudah hanya dengan tangan kosong, memancing, hingga ditembak. Itu lantaran dilakukannya flushing di dua bendungan, yakni Bendungan Wlingi dan Lodoyo.
Warga telah mempersiapkan diri sejak beberapa hari yang lalu terkait terjadinya fenomena pladu. Yakni, fenomena ikan yang mabuk akibat dampak dari dilakukannya flushing terhadap bendungan. Namun, saat wartawan Jawa Pos Radar Tulungagung memantau pukul 10.30 WIB di bantaran Sungai Brantas di Desa Tapan, Kecamatan Kedungwaru, pladu belum mengalami puncaknya.
Ratusan warga berlomba-lomba mendapatkan ikan sebanyak-banyaknya dengan berbagai cara. Seperti yang dilakukan Siboen, warga Desa Tapan, ini terlihat menangkap ikan bekel yang diperkirakan bobotnya mencapai lebih 3 kilogram (kg). Dia menangkap ikan berwarna hitam keputihan ini dengan tangan kosong.
“Saya telah di bantaran Sungai Brantas sejak pukul 10.00 WIB. Saya setiap tahun ikut fenomena pladu ini. Alhamdulillah ini saya mendapatkan tiga ikan bekel dan satu ikan bader untuk konsumsi keluarga,” ujar Siboen.
Laki-laki paro baya ini tidak cukup untuk tiga ikan saja. Usai membawa ikan tersebut ke rumahnya, Siboen kembali ke bantaran sungai untuk menangkap ikan lagi, karena menurut prediksinya ikan dari fenomena pladu tahun ini lebih banyak daripada sebelumnya. Dia mengaku bila bantaran sungai di daerahnya didominasi ikan jenis bekel, nila, dan bader.
Dari sepengalaman Siboen, fenomena pladu ini terjadi hanya sekitar 3 jam saja. Lalu, bergantian di wilayah Ngantru, Kediri, dan daerah lain yang dilewati aliran Sungai Brantas. Siboen sebenarnya juga membawa jaring untuk menangkap. Namun tiba-tiba saat jaringnya tidak dipakai, ikan bekel berada di dekatnya dan langsung ditangkap. Sedangkan ikan lainnya ditangkap memakai jaring yang telah dia siapkan.
Berkah pladu juga dirasakan oleh warga Desa Bangoan, Kecamatan Kedungwaru, Rukmini mengaku telah menunggu pladu bersama suaminya sejak pukul 06.00 WIB. Sejak saat itu dia mendapati beberapa jenis ikan, seperti nila dan wader. Menurut dia, kegiatan ini sempat terhenti pada tahun 2020 dan 2021 lalu lantaran tidak dilakukannya flushing di dua bendungan tersebut.
Hanya saja hasil tangkapan ikannya kali ini terbilang sedikit dan ukuran ikan yang didapat kecil. Meski demikian, pihaknya merasa tetap senang dengan adanya kegiatan ini sehingga bisa mencukupi kebutuhan dapur di rumahnya. “Ikannya kecil-kecil, padahal sudah dua tahun tidak ada kegiatan ini. Nantinya hasil tangkapan ini kami konsumsi sendiri,” jelasnya.
Fenomeda pladu dan kegiatan flushing ini ditanggapi langsung oleh Kepala Sub Divisi Jasa ASA 1/3 Perum Jasa Tirta 1, Indra Nurdianyoto yang mengaku memang Bendungan Wlingi dan Lodoyo di Kabupaten Blitar saat ini sedang dilakukan proses flushing.
Menurut dia, kegiatan ini rencananya akan dilakukan selama lima hari dimulai pada 21-26 Maret 2022. Sebelumnya, pihaknya melakukan penurunan elevasi air di beberapa waduk dan mulai Senin kemarin dilakukan flushing.
Dia menerangkan bila proses flushing ditujukan untuk membersihkan endapan atau sedimentasi terhadap dua bendungan tersebut. Hal itu merupakan prosedur yang wajib dilakukan untuk memperpanjang masa penggunaan bendungan. Karena itu dengan terbuangnya sedimentasi tersebut, membuat dua bendungan di Kabupaten Blitar itu bisa kembali menampung debit air lebih banyak.
Dilakukannya proses flushing ini bukan tanpa alasan, harus berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan oleh pihak Jasa Tirta. Jika dirasa sedimentasi pada waduk sudah sesuai, maka perlu segera dilakukan flushing.
“Jadi volume sedimen di waduk bisa mengurangi volume tampungan air di waduk. Maka dari itu perlu dilakukan pembersihan sedimen melalui flushing,” jelasnya.
Akibat dari proses flushing ini memang berdampak pada volume air Sungai Brantas yang naik dan membuat arus sungainya deras, lantaran air waduk dialirkan hingga ke hilir. Kenaikan volume air sungai tersebut nantinya hanya bertahan pada tahap awal flushing. Namun, masyarakat selalu memanfaatkan momen tersebut untuk mencari ikan
Hal itu tentunya akan sangat berbahaya bagi masyarakat jika mereka tidak berhati-hati saat mencari ikan, mengingat volume air yang bertambah dan derasnya arus itu juga disertai sedimen. Itu seperti kayu dan lain-lain yang dikhawatirkan bisa menghantam masyarakat yang sedang mencari ikan. Namun, momen ini telah menjadi tradisi bagi warga bantaran Sungai Brantas. “Kami meminta agar masyarakat yang memanfaatkan flushing ini agar berhati-hati dan menjaga diri,” pungkasnya. (*/c1/din)