TULUNGAGUNG – Angka stunting tiap tahun terus muncul. Kali ini, tercatat 2.101 balita yang terhambat tumbuh kembangnya. Atau 4,52 persen dari jumlah 46 ribu anak yang mengikuti bulan timbang September 2021 lalu.
Kabid Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinkes Kabupaten Tulungagung Sri Lestariningsih mengatakan, angka tersebut masih terbilang rendah dari prevelensi nasional maupun provinsi. Namun, tak boleh dianggap remeh. Makanya penanganan dilakukan sedini mungkin.
“Kalau bisa zero. Makanya Kadinkes targetkan 2101 balita ini dapat diperbaiki gizinya hingga Juni nanti,” katanya.
Berdasarkan data, dari temuan itu, penyumbang angka stunting tertinggi di temukan di Puskesmas Pakel, Tanggunggunung, Rejotangan, Balesono, dan Pagerwojo.
“Melihat lokasi puskesmasnya rata-rata penyumbang angka stunting berada di pinggiran ya,” tambahnya.
Baca juga Cegah Stunting di Tulungagung, Bentuk Tim Pendamping Keluarga sebagai Pengawas Gizi Anak
Sedangkan faktor penyebab, kata wanita berkacamata ini, cukup beragam. Mulai dari ekonomi hingga minimnya kepedulian orang tua atau keterbatasan pemahaman atau minimnya pengetahuan tentang kebutuhan gizi anak.
“Ekonomi tidak mendominasi ya. Karena kami juga menemukan mereka yang cukup secara ekonomi ternyata juga mengalami stunting,” jelasnya.
Untuk itu, untuk memutus stunting diperlukan sinergitas bersama. Sebab, ini merupakan permasalahan siklus, yakni dimulai dari kesehatan remaja putri, ibu hamil, hingga bayi yang baru lahir sampai berusia 5 tahun. Masa ini disebut juga dengan periode emas untuk perkembangan tumbuh kembang dan otak anak. Makanya kecukupan gizi memang menjadi yang utama. Terutama pada 1.000 hari pertumbuhan anak (HPK).
“Pencegahan stunting ini progam prioritas nasional. Jadi perlu sinergitas bersama. Untuk bidang kita lebih ke penanganan secara spesifiknya,” tandasnya. (dfs/lil)