KABUPATEN BLITAR – Memasuki Ramadan, lembaga pendidikan bakal getol memberikan edukasi keagamaan. Salah satunya pondok Ramadan. Kegiatan itu sebagai upaya meningkatkan kekhusyukan menjalankan ibadah puasa bagi para siswa. Tak lupa, protokol kesehatan (prokes) juga terus digalakkan demi memutus penyebaran Covid-19.
Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kabupaten Blitar, Luhur Sedjati melalui Kepala Bidang (Kabid) SMP, Kusnawati mengatakan, kegiatan keagamaan sekolah saat Ramadan tetap digelar mulai 6-12 April mendatang. Salah satu kegiatannya adalah mengaji bertajuk one day one juz (satu hari satu juz, Red). “Selain itu, ada lomba membaca ayat suci Alquran dan terjemahan. Lalu, setiap Jumat one day one juz,” ujarnya, kemarin (31/3).
Sementara soal pondok Ramadan, kata Kusnawati, dispendik telah berkoordinasi dengan lembaga-lembaga pendidikan. Dia meminta lembaga pendidikan bisa mengatur mekanisme penyelenggaraan pondok Ramadan agar lebih efektif. Meski kegiatan belajar dan mengajar (KBM) bakal lebih santai, sekolah tetap mengingatkan soal pentingnya prokes. “Kuota saat ini PTM masih 50 persen. Sesuai dengan edaran pusat, saat ini jam pembelajaran juga 4 jam,” ungkapnya.
Dia berharap siswa bisa merasakan makna kegiatan keagamaan di bulan Ramadan. Terlebih, kini masih dalam situasi pandemi Covid-19. Kusnawati mengimbau siswa dan guru tak lalai soal standarisasi penerapan prokes. Seperti penggunaan masker, mencuci tangan, serta menjaga jarak.
Situasi pandemi, lanjut wanita ramah itu, memang membuat regulasi sistem pembelajaran berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Jika biasanya durasi kegiatan sekolah selama Ramadan bisa memakan waktu 5-6 jam, kini kembali harus dipangkas. Sebab, lanjut dia, pihaknya juga mempertimbangkan soal kesehatan dan keamanan siswa selama di lingkungan pendidikan.
Sementara itu, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum (Waka Kurikulum) SMP Negeri 2 Gandusari, Chris Barata mengatakan, pihaknya sudah mengatur sejumlah mekanisme penyelenggaraan kegiatan siswa saat Ramadan. Akan tetapi, siswa bakal mendapat libur awal puasa terlebih dahulu.
“Libur awal puasa 2-5 April. Kemudian 6-12 April ada pondok Ramadan atau pesantren kilat. Teknis pelaksanaannya digelar 2 hari tiap tingkatan kelas bergantian,” ungkapnya.
Sesuai instruksi dari dispendik, durasi kegiatan selama Ramadan tidak akan bertambah. Yakni, maksimal tetap 4 jam per hari. Kemudian, pondok Ramadan yang biasanya dilakukan di musala dan masjid terdekat, kini bakal dialihkan ke sekolah.
Ada sejumlah materi pondok Ramadan yang siswa dapat. Itu seperti zakat dan amalan-amalan yang dilakukan saat puasa. Para guru pun akan dibagi sesuai tugas masing-masing. Sebagian memantau proses penyampaian materi selama kegiatan, serta mengawasi jarak. Soal kuota, lanjut dia, pihaknya sementara ini akan menerapkan PTM penuh selama pondok Ramadan berlangsung. “Tapi, prokes tetap lebih diperketat,” lanjutnya.
Chris menegaskan, selama ini sekolah terus mematuhi instruksi dispendik melalui surat edaran (SE) yang dirilis tiap pekan. Karena itu, dia tak keberatan apabila orang tua tidak mengizinkan anak mengikuti pondok Ramadan. Kendati begitu, dia berharap siswa dalam kondisi sehat sehingga bisa mengikuti kegiatan keagamaan selama bulan Ramadan. (mg2/c1/wen)