KOTA BLITAR – Guna menekankan pemahaman puasa Ramadan kepada para santri, Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Ulum mewajibkan santri untuk khatam satu kitab khusus. Metode unik pun diterapkan dalam prosesnya.
Seperti halnya di sebagian besar lembaga ponpes lain, Ponpes Nurul Ulum juga menjadikan kitab Asroru Shaum sebagai bahan ajar utama di bulan suci ini. Alasannya, kitab karya Imam Al Ghozali itu dinilai punya kelengkapan substansi lengkap terkait fiqih puasa Ramadan. “Kita khatamkan Asroru Shaum. Anak-anak sudah punya jadwal khusus,” ujar pengasuh ponpes Nurul Ulum, ustad M. Khoirul Mustain.
Adapun metode khusus yang dipakai selama proses khataman adalah dengan menerapkan metode ngaji bandongan. Teknisnya, seluruh santri dikumpulkan menjadi satu di masjid ponpes. Satu kyai atau pengajar kitab memimpin jalannya kajian. “Kyai akan membacakan kitab atau materi yang diajarkan. Lalu, para santri putra dan putri diinstruksikan untuk memaknai bacaan kitab oleh kyai,” bebernya.
Untuk diketahui, dalam penerapan metode khusus ini, seluruh jajaran pengasuh atau ustad-ustazah juga diwajibkan mengikuti jalannya kajian. Hal ini tentu berbeda dengan metode kajian yang diterapkan di ponpes lain. Dimana hanya para santri saja yang diberi kewajiban untuk mengikuti jalannya kajian.
“Kalau bandongan, semua harus ikut ngaji. Bahkan, kami yang bertugas sebagai pengurus juga ikut ngaji di bawah bimbingan kyai. Itu yang membedakan ngaji bandongan dengan metode lain. Karena semua di sini istilahnya tetap wajib menuntut ilmu,” tegasnya.
Metode ngaji bandongan ini, jelas Mustain, dinilai sebagai cara paling efektif bagi warga ponpes untuk khatam kitab di bulan suci. Sebab, seluruh warga ponpes bisa belajar bersama. Lebih dari itu, hal ini juga menjadi sarana bagi keluarga ponpes yang berlokasi di Kelurahan Bendo, Kecamatan Kepanjenkidul, itu untuk silaturahim dan bertukar fikiran. Dimana hal ini membuat suasana dan spirit Ramadan di Ponpes Nurul Ulum lebih terasa semarak.
“Alhamdulillah, walaupun jadwal anak-anak sangat padat di Ramadan ini, kita masih bisa belajar dan berbagi ilmu bersama. Itu sesuai dengan apa yang ditekankan di ponpes. Yaitu untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dan kepada sesama manusia,” ujar pria 29 tahun ini. (dit/ady)