KABUPATEN BLITAR – Tak seperti sebagian besar pondok pesantren (ponpes) lain, Ponpes Raudlatul Hanan menerapkan sistem pendidikan khusus bagi santri sejak usia belia. Hal ini bertujuan untuk mengenalkan santri pada kehidupan dan pendidikan ponpes sejak usia dini.
Pengasuh Ponpes Raudlatul Hanan, Gus Ahmad Mudlofi mengatakan tidak hanya menerima santri di tingkat lanjutan. Tapi, santri usia belia setingkat madrasah ibtidaiah (MI) juga diperkenankan untuk menimba ilmu di lembaga pendidikan yang berada di Desa Sawentar, Kecamatan Kanigoro ini.
“Memang, dulu kita terapkan pendidikan salaf. Seiring berjalannya waktu, kita mulai ubah. Jadi, kita juga terima santri di usia kelas I MI. Nah, kita ajarkan pendidikan keagamaan sejak usia dini,” sebut pria yang akrab disapa Dhofi ini.
Ada tiga bahan ajar pokok yang diberikan kepada para santri. Pertama, terkait pelaksanaan salat. Dalam hal ini, santri dididik untuk tertib melaksanakan salat, benar dalam melafalkan bacaan, dan memahami pokok-pokok dalam ibadah salat. “Kita wajibkan salat jamaah. Lalu, santri juga membaca bacaan dalam salat. Maka, mereka bisa memahami sekaligus menghafal bacaan dalam salat,” terangnya.
Poin kedua, para pengasuh menanamkan pendidikan akhlak pada santri sedari dini. Di sini para santri diajarkan untuk menghormati guru dan melaksanakan kegiatan lain yang berhubungan dengan adab sebagai seorang muslim. “Itu lebih ke pembiasaan. Seperti mencuci piring sendiri, membersihkan lingkungan pondok, dan menghormati pengasuh dan guru,” ujar Dhofi.
Poin selanjutnya adalah pembelajaran Aquran. Dhofi menyebut, para santri dibiasakan untuk mengikuti setiap kajian Alquran. Para pengasuh memberi materi ilmu membaca Alquran. “Seperti makhraj dan sifat-sifat huruf. Lalu, mereka juga kita minta untuk menghafalkan Alquran,” kata pria ramah ini.
Mengingat sebagian besar santri yang belajar di ponpes ini adalah santri usia belia, pihak ponpes pun juga harus menyiapkan cara berbeda dalam upaya membimbing santri. Itu dilakukan agar santri tidak lekas jenuh dan bosan saat menjalani proses belajar di lingkungan ponpes.
“Di sini bukan hanya pondok pesantren. Tapi, pondok asuh. Kita didik santri dari usia belia. Karena itu, kita juga sediakan taman dan wahana bermain agar mereka tidak jenuh di sini,” bebernya.
Rupanya, hal ini berbuah manis. Dhofi mengungkapkan, banyak santri di tingkat lanjut yang memutuskan untuk tetap tinggal di ponpes. “Banyak santri yang sudah masuk perguruan tinggi tapi tetap belajar di sini. Karena mereka merasa kerasan (betah, Red),” ungkapnya.
Dia menegaskan, penting untuk menanamkan pendidikan agama kepada anak-anak. Hal ini yang membuatnya memutuskan untuk mengasuh sekaligus membimbing anak-anak usia dini melalui lembaga ponpes. “Dan yang penting, di sini kami tidak pernah memarahi anak-anak. Kita beri bimbingan. Itu membuat mereka semakin betah,” tandasnya. (dit/c1/ady)