Thursday, May 19, 2022
No Result
View All Result
Radar Tulungagung | Semakin Dekat dengan Pembaca
  • Home
  • Index Berita
  • Berita Daerah
    • Tulungagung
    • Blitar
    • Trenggalek
  • Peristiwa
  • Hukum dan Kriminal
  • Sosok
  • Pendidikan
  • Life Style
  • Sport
  • Home
  • Index Berita
  • Berita Daerah
    • Tulungagung
    • Blitar
    • Trenggalek
  • Peristiwa
  • Hukum dan Kriminal
  • Sosok
  • Pendidikan
  • Life Style
  • Sport
No Result
View All Result
Radar Tulungagung | Semakin Dekat dengan Pembaca
Home Berita Daerah Trenggalek

BANTU SUAMI: Puji ketika menambang pasir di sungai masuk wilayah Desa Pogalan. Aktivitas tersebut dilakukan kendati saat ini pembeli pasir sepi.(ZAKI JAZAI/ RADAR TRENGGALEK)

Potret Semangat Kartini di Bumi Menak Sopal, Urusi Kaum Disabilitas hingga Cari Pasir

April 21, 2022
in Trenggalek
0

TRENGGALEK –  Tak semua perempuan duduk manis di rumah sambil menanti nafkah dari suami. Bahkan, ada sebagian dari mereka yang memilih terjun langsung di tengah masyarakat. Baik mengurusi bidang kewanitaan, maupun mengekor aktivitas kaum adam. Mereka adalah Kartini perkasa era modern yang enggan hanya berpangku tangan di rumah.

Contohnya, Asih Dwi Renjani. Wanita asal Desa Jombok, Kecamatan Pule, ini tetap berjuang membantu suami dalam mencari nafkah, meskipun dia harus beraktivitas dalam kondisi tubuh yang tidak sempurna. Bahkan juga aktif dalam melakukan pendataan bagi kaum disabilitas wilayah tempat tinggalnya, agar mendapatkan bantuan.

Tidak disangka dengan keterbatasan fisik yang dimiliki, hingga membuat tubuhnya mungil, dia tetap energik dalam menjalani kesehariannya. Tak ayal dengan kondisi tersebut dirinya pantas menjadi Kartini masa kini, sebab kendati tidak berjuang untuk meningkatkan derajat wanita, namun dirinya berjuang untuk memenuhi perekonomian keluarga.

Itu terlihat dari bagian depan rumahnya yang telah diubah menjadi tempatnya bekerja sebagai seorang penjahit. Sebab, pada ruangan itu terlihat sebuah mesin jahit yang telah dimodifikasi sedemikian rupa hingga bisa digunakan. Juga ada beberapa helai kain yang belum digarap dan pakaian setengah jadi pesanan pelanggan. Setelah semua lengkap, barulah dia mengerjakan semua pesanan tersebut dengan saksama dan kehati-hatian agar tidak mengecewakan pelanggan. “Jadi, mesin jahit ini telah saya sesuaikan dengan panjang kaki agar mudah digunakan,” ungkap wanita yang akrab disapa Asih ini.

Itu dilakukan lantaran kendati memiliki keterbatasan, dirinya tidak mau mengandalkan belas kasihan orang lain. Apalagi setelah menikah, sehingga harus bisa hidup mandiri dan tidak mengandalkan orang tua. Karena itu, dirinya nekat bekerja sebagai penjahit untuk mencukupi kebutuhan hidup. “Sebenarnya dulu pernah kerja sama dengan konveksi, namun karena keterbatasan, saya kesulitan untuk mengambil garapan dan mengembalikan jika sudah jadi. Makanya sementara ini melayani orang yang menjahitkan baju dulu,” katanya.

Untuk penghasilan dalam setiap bulannya tidak menentu, sebab pesanan banyak pada momen-momen tertentu. Itu seperti mendekati Hari Raya Idul Fitri seperti saat ini, banyak orang hajatan, juga momen tahun ajaran baru untuk baju seragam sekolah. Setidaknya, kini setiap bulan dirinya bisa meraih pendapatan bersih sekitar Rp 500 ribu. Kendati hal tersebut terbilang kecil dibandingkan pendapatannya sebelum pandemi Covid-19 sekitar Rp 3 juta setiap bulan, namun uang tersebut cukup untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, juga membantu sang suami yang bekerja serabutan.

Karena itu, dirinya sering melakukan eksperimen dengan menjahit baju model tertentu ketika pesanan sepi. Nantinya baju buatannya tersebut dijual di toko kecil miliknya yang terletak di lokasi yang sama tempatnya menjahit. Tak ayal semua yang dihasilkan mampu mencukupi kebutuhannya sehari-hari.

Selain itu, dengan keterbatasan yang dimiliki, dirinya juga tetap peduli dengan rekannya sesama disabilitas. Untuk itu setiap saat selalu melakukan pendataan pada kaum disabilitas di wilayah desa tempat tinggalnya dan sekitar. Sedikitnya ada sekitar 20 disabilitas yang dilakukan pendataan, tujuannya untuk mengetahui apakah mereka telah mendapatkan bantuan atau tidak akan dampak Covid-19 yang ada saat ini. Bahkan ,dirinya rela merogoh koceknya sendiri untuk biaya menyewa ojek dalam pendataan tersebut. “Saya tidak berani naik motor sendiri karena kondisi medan yang berbelok-belok dan terjal, namun ke depan ada keinginan untuk membeli sepeda motor modifikasi dan belajar mengendarainya,” ujar wanita 43 tahun ini.

Hal yang kurang lebih sama juga terlihat di sekitar aliran Sungai Ngasinan di Desa/Kecamatan Pogalan. Saat itu terlihat sedikitnya ada lima orang wanita yang menjadi penambang pasir manual di sungai. Bahkan, bukan satu atau dua hari, mereka sudah belasan hingga puluhan tahun menekuni mata pencaharian tersebut demi turut mencukupi kebutuhan rumah tangga. Sejak pagi terlihat beberapa perempuan penambang pasir tengah menggendong keranjang bambu berisi pasir di pinggir. Selain itu juga ada yang menggunakan peralatan sederhana seperti cangkul, sekop, dan sebagainya untuk mengambil pasir dari sungai. Barulah ketika hari sudah beranjak siang, beberapa wanita tersebut pulang, hingga menyisakan Puji Astuti, seorang penambang pasir wanita sendiri. “Biasanya aktivitas penambangan pasir yang kami lakukan hingga sore, namun karena puasa, maka sekitar pukul 10.00 sudah banyak yang pulang,” katanya.

Dia melanjutkan, aktivitas menambang pasir tersebut dilakukan atas inisiatif sendiri, guna membantu suami untuk biaya sekolah anak dan kebutuhan sehari-hari. Hampir setiap hari dirinya pergi menambang pasir bersama sang suami, dengan catatan jika sang suami tidak ada penggilan di tempat kerja lainnya. Wanita yang akrab disapa Puji tersebut mengaku berangkat setiap hari untuk menambang pasir sekitar pukul 07.00. Kemudian, jika hari beranjak siang dan tidak ada pembeli pasir, dirinya pulang dan kembali ke tempat tersebut pada sore harinya. “Itu jika kondisi tubuh fit, jika lelah ya sebisanya, apalagi saat puasa seperti saat ini,” ungkapnya.

Kini dirinya mengeluh akan minimnya pembeli pasir, apalagi ketika memasuki pandemi Covid-19 seperti saat ini. Sebab kini pembeli sepi, bahkan dirinya dan rekan kerjanya yang lain harus menunggu sampai dua hari hingga ada pembeli. Karena itu, saat ini aktivitas menambang pasir tidak dilakukan sebanyak ketika kondisi sebelum pandemi Covid-19. “Untuk harga pasir setiap satu truk yang rata-rata berisi 4 kubik pasir dijual sekitar Rp 200 ribu. Karena itu, jika satu hari ada satu pembeli, itu sudah cukup,” jlentrehnya.

Sementara itu, salah satu penambang pasir lainnya, Fatimah mengaku, aktivitas menjadi penambang pasir tersebut dilakukannya dan rekan-rekan lainnya karena tidak ada pekerjaan lain. Sebab, di tengah keterbatasan kebutuhan ekonomi saat ini, dirinya harus mengasuh anak yang masih kecil. Karena itu, jika dirinya dan temannya yang lain memilih untuk menjadi buruh pabrik dan sebagainya, pastinya anak-anak tersebut tidak terurus sehingga kendati harus memiliki tenaga yang berlebih dirinya harus mau menjadi pencari pasir tersebut. “Jadi dengan menjadi penambang pasir di sini, jika harus mengasuh anak, saya bisa menjalankannya karena pekerjaan tidak terikat,” imbuhnya.

Sedangkan untuk saat ini, dirinya tidak bisa membeberkan berapa nominal yang didapat akibat sepinya pembeli pasir. Karena itu, selain menambang pasir, dirinya juga mengambil pekerjaan sebagai orang yang menaikkan pasir ke kendaraan jika ada yang membeli. Dari situ biasanya dirinya mendapatkan upah Rp 50 ribu untuk satu kali menaikkan pasir ke truk, dengan kapasitas 4 kubik. “Jadi uang itu dibagi dengan berapa orang yang membantu menaikkan ke truk, namun biasanya ada tiga sampai lima orang,” jelasnya. (jaz/c1/rka)

 

 

Tags: kabupaten trenggalekkota trenggalekperistiwa trenggalekradar mataramanradar trenggalektrenggalektrenggalek hari initrenggalek update
ShareTweetSendShareShare
Previous Post

DPRD Tulungagung Public Hearing Ranperda tentang Fasilitasi Penyelenggaraan Pondok Pesantren

Next Post

Sertifikat Lahan Bekas Perkebunan Karangnongko Masuk ke PTUN, 48 Warga Ajukan Gugatan

Related Posts

Warga Dusun Kemiri Minta Makam Baru Dipindah

by Editor RaTu
18 May 2022
0
17

TRENGGALEK - Perwakilan masyarakat Dusun Kemiri, Kelurahan Kelutan, Kecamatan Trenggalek...

Menyaksikan Aksi Bupati Trenggalek Mochammad Nur Arifin di Lapangan Hijau

by Editor RaTu
18 May 2022
0
5

TRENGGALEK - Gaya dan penampilannya mirip Jack Grealish, pemain Timnas...

Kelaikan Angkutan Umum Harga Mati, Demi Keselamatan Penumpang

by Editor RaTu
18 May 2022
0
4

TRENGGALEK - Kesiapan kendaraan angkutan umum dalam memberikan pelayanan terhadap...

Load More
Next Post
PT Greenfields Ajukan Banding ke Surabaya, Kuasa Penggugat Siap Kontra Memori

Sertifikat Lahan Bekas Perkebunan Karangnongko Masuk ke PTUN, 48 Warga Ajukan Gugatan

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recommended

Peringati HUT ke-48, DPD PPNI Kota Blitar Gelar Vaksinasi di 12 Kelurahan, Sasar Lansia-Anak

Musrenbang APBD 2023, Bupati Maryoto: Fokus Lima Prioritas Pembangunan Nasional

2 months ago
108
Rapat Paripurna Penyampaian Perubahan Kedua Propemperda Tahun 2022 dan Rekomendasi DPRD Terhadap LKPJ Bupati Akhir Tahun Anggaran 2021

Rapat Paripurna Penyampaian Perubahan Kedua Propemperda Tahun 2022 dan Rekomendasi DPRD Terhadap LKPJ Bupati Akhir Tahun Anggaran 2021

1 month ago
2.6k

Popular News

    Facebook Instagram Twitter Youtube

    Radar Tulungagung

    Jawa Pos Radar Tulungagung adalah media yang memiliki 4 wilayah edar yaitu Tulungagung, Kabupaten Blitar, Kota Blitar dan Trenggalek.

    Category

    Currently Playing

    © 2022 PT Tulungagung Intermedia Digital

    No Result
    View All Result
    • Home
    • Index Berita
    • Berita Daerah
      • Tulungagung
      • Blitar
      • Trenggalek
    • Peristiwa
    • Hukum dan Kriminal
    • Sosok
    • Pendidikan
    • Life Style
    • Sport

    © 2022 PT Tulungagung Intermedia Digital