TULUNGAGUNG – Prada Bagas Putra Wardhana memiliki prestasi moncer di dunia taekwondo sampai menjuarai turnamen tingkat nasional. Kini pria asal Desa Tawangsari, Kecamatan Kedungwaru, tersebut berpindah menjadi atlet tinju yang ternyata prestasinya ciamik.
Baru-baru ini, Putra, sapaan akrab Prada Bagas Putra Wardhana, berhasil menjadi juara 1 kelas 75 kilogram (kg) pada ajang Kejurprov Tinju Amatir Youth dan Senior U-21 se-Jawa Timur (Jatim) Tahun 2021 mewakili Tulungagung. Bahkan sebelumnya, Putra juga telah cukup lama vakum di dunia tinju karena adanya pagebluk lalu, tetapi pada gelaran tersebut berhasil menjadi juara satu. “Yang dipersiapkan adalah fisik sama latihan teknik menghadapi turnamen tersebut,” ungkapnya.
Putra merupakan anggota TNI yang bertugas di Yonif Mekanis Raider 411/Pandawa Kostrad dengan markas di Kota Salatiga, Jawa Tengah (Jateng). Saat ini, Putra sedang menatap turnamen bergengsi lainnya yakni Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jawa Tengah untuk memperkuat Kabupaten Pati. “Belum ada panggilan dari Tulungagung untuk Porprov Jatim tahun 2023. Namun, kalau sewaktu-waktu ada panggilan untuk memperkuat Tulungagung, saya pasti berangkat,” katanya.
Fakta lain, ternyata sebelum getol berlatih tinju, Putra sebenarnya juga memiliki prestasi yang gemilang menjadi atlet taekwondo pada kurun waktu 2017 sampai 2019. Selama kurang lebih dua tahun tersebut, waktunya banyak dihabiskan untuk fokus menjadi atlet taekwondo dan berlatih di Tulungagung, bertepatan saat Putra masih pelajar.
Prestasinya di dunia taekwondo bahkan sampai di tingkatan nasional. Putra pernah tiga kali menjuarai kejuaraan tingkat provinsi, bahkan sekali di tingkat nasional, hingga hal itu diakui menjadi salah satu penopangnya untuk menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI).
“Dulu ketika akan mengikuti turnamen di tingkat nasional, saya dijanjikan oleh pelatih saya. Kalau sampai jadi juara satu, maka akan diproyeksikan untuk menjadi anggota TNI maupun Polri. Waktu itu saya memilih menjadi TNI,” katanya.
Dengan basic taekwondo, tentu mengharuskannya banyak belajar lagi untuk memahami teknik-teknik di tinju. Memang untuk pukulannya hampir sama, tetapi untuk kuda-kuda dan cara mainnya sangat berbeda. Di samping juga terus meningkatkan kualitas fisiknya karena sangat berpengaruh saat pertandingan. “Kalau di tinju itu selain teknik, fisiknya juga harus baik,” katanya.
Di satu sisi, Bagas juga cukup menyayangkan sangat minimnya fasilitas bagi para atlet tinju Tulungagung. Utamanya sasana untuk berlatih. Karena praktis tinggal satu sasana saja, padahal apabila melihat potensi atlet tinju muda Tulungagung cukup banyak. Seangkatan atau angkatan di bawahnya, menurut dia juga banyak atlet-atlet tinju potensial yang seharusnya juga diberikan wadah agar berprestasi. “Waktu pandemi Covid-19 kemarin keadaan tinju di Tulungagung sempat layu. Namun setelah pandemi mereda, kini mulai aktif lagi, dan seharusnya harus dikembangkan,” katanya. (mg1/c1/din)