KOTA BLITAR – Puluhan koperasi diduga terpaksa gulung tikar selama pandemi Covid-19. Indikasinya, organisasi ekonomi ini tidak melaksanakan kewajiban rapat anggota tahunan (RAT).
Kepala Dinas Koperasi Dan Usaha Mikro (Diskopum) Kabupaten Blitar Khusna Lindarti mengatakan, ada sekitar 543 koperasi yang aktif di Bumi Pentaran. Dari jumlah itu, sudah melaporkan kegiatan RAT sekitar 235 koperasi.
Menurut dia, hal ini cukup bagus, jika dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2021, hanya sekitar 220 koperasi yang lapor sudah melaksanakan RAT. Namun, jika dibandingkan dengan tahun 2020 masih ada selisih yang cukup besar. “Ada 280 koperasi yang menggelar dan melapor RAT pada 2020,” katanya.
Forum RAT ini digelar setahun sekali. Pelaksannanya dilakukan maksimal enam bulan setelah tutup buku akhir tahun. Namun, kadang pengurus tidak melaporkan hal tersebut kepada dinas. Disisi lain, koperasi masuk kategori tidak aktif ketika selama tiga tahun berturut tidak melaksanakan RAT.
Khusna melanjutkan, pandemi korona memang membawa dampak besar dalam organisasai ini, khsususnya koperasi simpan pinjam. Sebab, selama dua tahun kegiatan usaha masyarakat dibatasi. Padahal, tak sedikit para pelaku usaha kecil memanfaatkan organisasi ini sebagai pendukung permodalan.
“Di koperasi itu kan ada penyimpan dan peminjam. Nah pada saat pandemi kemarin, para penyimpan ini mau ambil tapi uangnya kan masih dipakai sama peminjam. Tapi, peminjam kesulitan mengembalikan karena usaha tidak jalan,” jelasnya.
Kendati begitu, pihaknya melihat tahun ini ada tanda-tanda perbaikan. Artinya, kegiatan usaha masyarakat sudah membaik. Indikasinya kini mulai bermunculan koperasi yang bergerak disektor riil. Seperti koperasi produksi, konsumen jasa dan pemasaran. Ada sekitar 11 koperasi sektor riil yang belum lama ini didirikan. “Untuk pendirian koperasi sendiri, kini tidak melalui dinas namun bisa melalui notaris,” katanya.
Ketua Dewan Koperasi Indonesia Daerah (Dekopinda) Kabupaten Blitar Tuti Komaryati mengatakan, ada banyak kendala yang dihadapi koperasi selama pandemi salah satunya terkait kelancaran kas. Kendati begitu ada banyak alternatif yang bisa dilakukan untuk mempertahankan diri. Misalnya dengan reschedule angsuran pinjaman ataupun pembebasan bunga. “Prinsip koperasi adalah gotong royong. Untung dinikmati bersama, pailit ya ditanggung bersama,” katanya.
Menurut dia, potensi ekonomi di Bumi Penataran cukup besar. Namun hal ini tidak mungkin dikelola atau digarap sendiri. Koperasi menjadi alternatif untuk menangkap peluang tersebut utamanya untuk pelaku usaha kecil. “Tantangan koperasi hari ini adalah komitmen. Selain itu juga harus memiliki produk unggulan sendiri. Tidak hanya sekadar simpan pinjam,” tandasnya. (hai/wen)