KABUPATEN BLITAR – Ramuan pupuk buatan petani Bumi Penataran akhirnya memantik perhatian pemerintah pusat. Kemarin, Direktorat Serealia, Direktorat Jenderal (Dirjen) Tanaman Pangan, Kementrian Pertanian (Kementan) datang ke Kabupatan Blitar dan meninjau langsung penggunaan pupuk yang dinamai Biosaka ini. Bahkan, pihak Kementan akan melakukan penelitian untuk melihat komposisi dan kandungan dalam formula pupuk organik tersebut.
Rombongan direktorat serealia tiba di Pendapa Ronggo Hadi Negoro sekitar pukul 08.00. Selain jajaran Dirjen Tanaman Pangan, juga ikut sejumlah ahli pertanian yang juga penasaran dengan pupuk organik temuan petani Blitar tersebut. Diterima langsung oleh Bupati Rini Syarifah, suasana ramah tamah berlangsung cukup gayeng.
Bupati Rini Syarifah mengatakan, penemuan pupuk organik ini sudah cukup lama, yakni sejak 2019 lalu. Selain itu, juga sudah cukup banyak masyarakat di Kabupaten Blitar yang memanfaatkan ramuan itu dalam mengolah lahan pertanian. “Alhamdulilah respon pemerintah pusat cukup luar biasa, hari ini kita kedatangan tamu dari Kementan, karena kita punya inovasi dalam membuat pupuk organik,” ujarnya.
Mak Rini menegaskan, kedatangan rombongan dari kementerian ini tidak lain untuk menyaksikan langsung hasil dari pemanfaatan pupuk yang notabene sudah banyak digunakan masyarakat. Tidak hanya itu, kementrian juga akan melakukan penelitian terhadap pupuk organik ini. ”Komposisinya apa saja, kandungannya seperti apa, bagaimana plus-minusnya terhadap tanaman,” jelasnya.
Jika hasil penelitian ini bagus untuk produksi pertanian, bupati akan memberikan dukungan terhadap optimalisasi pemanfaatan Biosaka ini. Selain tidak menggunakan bahan bahan kimia, ramuan tersebut jelas sangat membantu petani dalam mengolah lahan pertanian. Disisi lain, ini dijadikan solusi dari ketergantungan terhadap pupuk bersubsidi, terutama pupuk kimia. “Tapi (sebelum itu, Red) kita akan minta pertimbangan dari Direktorat Selerealia serta para ahli dan profesor yang tentunya mengawal agar Biosaka ini dapat mengurangi beban pupuk subsidi,” tegasnya.
Di lokasi yang sama, Direktur Direktorat Serealia, Dirjen Tanaman Pangan, Kementan, Mohammad Ismail Wahab mengaku, pupuk kini menjadi komoditas yang masuk kategori mahal. Kendati harga pupuk di dalam negeri tidak begitu mengalami kenaikan berarti, kadang terjadi keterbatasan stok. “Kebutuhan di petani tetap, sering ada yang kesulitan (mendapatkan pupuk, Red). Jadi harus ada jalan keluar agar bisa produksi maksimal,” sarannya.
Disinggung mengenai Biosaka, jelas Ismail, ini menjadi produk kreativitas yang luar biasa. Namun hal itu perlu dikuatkan dengan sejumlah aspek agar memberikan bisa bermanfaat secara optimal. “Ini perlu dibingkai dengan kajian akademik dan ilmiah. Makanya kami datang ke sini untuk berdiskusi dengan penemu, pengguna, dan yang lainnya,” terangnya.
Menurut dia, kajian dan penelitian ini sangat penting karena bisa digunakan sebagai dasar untuk memasyarakatkan penggunaan pupuk tersebut. “Jadi harus kita buktikan juga secara jelas bahwa itu memang benar-benar bagus untuk produksi pertanian,” bebernya.
Di lokasi terpisah, penggagas Biosaka, Mohammad Ansar mengatakan, ramuan pupuk organik ini merupakan bagian dari gerakan peduli lingkungan yang disebut Selamatkan Alam Kembali Ke alam (Saka). Biosaka adalah produk alternatif untuk petani dalam mengolah lahan pertanian. Dengan begitu mereka tidak tergantung dengan pupuk kimia yang notabene juga tidak gampang didapatkan. “Ini sebenarnya tidak melalui disiplin keilmuan khusus, jadi saya juga bingung kalau diminta menjelaskan kandungan dalam pupuk,” akunya.
Kendati begitu, tegas Ansar, tidak menggunakan bahan-bahan kimia dalam proses pembuatan pupuk tersebut. Dia hanya memanfaatkan dedauan dan rerumputan yang ada disekitar rumah atau area pertanian.
Dia juga tidak menyangka formula buatannya tersebut disambut baik oleh masyarakat. Bahkan tak sedikit pula yang bersedia menjadi relawan untuk membantu mempromosikan pengaplikasian pupuk organik tersebut. “Ini awalnya permainan (coba-coba, Red) dan ternyata bisa bermanfaat bagi petani. Hari ini sudah hampir 1.000 hektare yang menggunakan Biosaka untuk mengolah lahan pertanian. Makanya, untuk sisi keilmuannya kami serahkan ke para peneliti ahli dan profesor, dengan harapan bisa membawa manfaat secara luas,” tandasnya. (hai/ady)