KOTA BLITAR – Berkarya seni menjadi salah satu kegiatan sehari-hari Rama Payasa Nanda. Seni lukis adalah satu bidang yang ditekuninya. Baru-baru ini pemuda 22 tahun itu memanfaatkan ampas kopi alias cethe sebagai media melukis.
Bagi Rama Payasa Nanda, cethe menjadi barang bernilai. Sebab, melalui cethe dia bisa membuat karya lukisan yang luar biasa menarik. Santri di salah satu pondok pesantren (ponpes) itu memiliki kesibukan lain, yakni melukis.
Namun, lukisan karya pemuda itu berbeda. Dia memanfaatkan ampas kopi sebagai bahan utama “cat” untuk melukis. Kopi yang digunakan adalah kopi hijau. Dia memulai hal baru itu sejak 2018. Sudah lebih dari 50 karya lukisan yang dihasilkan.
Rata-rata lukisan itu bergambar wajah orang-orang populer di Indonesia. Di antaranya, Presiden Joko Widodo, artis Deddy Corbuzier, presenter Najwa Sihab, hingga tokoh agama Gus Baha. Uniknya lagi, lukisan ampas kopi itu tidak menggunakan kuas, melainkan menggunakan tusuk gigi. Rama tidak menggunakan campuran apa pun dalam ampas kopi. ”Campurannya hanya air,” ungkapnya saat ditemui di rumahnya, Kelurahan Sentul, Kecamatan Kepanjenkidul, kemarin (16/2).
Kemampuan Rama dalam melukis itu sudah terasah sejak kecil. Dia belajar dari sang ayah. Bahkan sejak duduk dibangku sekolah, dia sudah menelurkan sejumlah prestasi bidang kesenian.
Untuk membuat lukisan ampas kopi, hal pertama yang dilakukan yakni membuat sketsa objeknya terlebih dahulu di selembar kertas berukuran 14×14 sentimeter. Setelah sketsa jadi, barulah dilukis menggunakan cat dari ampas kopi.
Rama menekuni seni lukis dari ampas kopi itu karena terinspirasi dari kebiasaan perokok yang menggambar di batang rokok menggunakan ampas kopi atau dikenal dengan istilah nyethe. “Waktu itu saya melihat kebiasaan nyethe di Tulungagung. Dari situ saya terinspirasi untuk membuat karya lukis tetapi dari ampas kopi,” ungkap santri pondok ini.
Nah, saat Rama bekerja di warung kopi (warkop) milik salah satu temannya, kebetulan di warung itu juga menjual minuman kopi hijau. Dari situ, Rama berpikir untuk memanfaatkan ampas kopi bekas pengunjung untuk dijadikan bahan melukis. Rama langsung mengaplikasikannya lewat media kertas putih. ”Lukisan pertama yang saya buat itu gambar barongan. Tapi saat itu saya masih mencoba dengan kuas. Belum tusuk gigi,” ujar anak sulung dari dua bersaudara ini.
Rama menggunakan ampas kopi hijau karena memiliki tekstur lembut. Rama selama ini mendapatkan bahan ampas kopi dari warkop tempatnya bekerja. Ampas kopi bekas pengunjung itu diambil satu per satu kemudian disimpan dalam botol.
Dalam proses membuat satu karya lukisan, rata-rata membutuhkan waktu 30 menit. Biasanya, Rama mengerjakan lukisan itu pada tengah malam. “Sebab, kalau malam hari suasana lebih tenang. Hening. Saya bisa lebih berkonsentrasi,” katanya.
Namun, dalam melukis ampas kopi ada kendala yang dihadapi. Yakni ketika menggoreskan cat dari ampas kopi tersebut. “Jika berlebihan nanti kertasnya bisa jebol. Selain itu, penempatan gradasi juga harus tepat agar gambar yang dihasilkan bisa detail,” tandasnya. (*/sub/c1/wen)