Tulungagung-Pandemi Covid-19 yang melanda selama dua tahun sangat berdampak pada berbagai lini sektor di Tulungagung. Tidak hanya sektor ekonomi, pagebluk juga memberikan dampak pada ratusan anak di Tulungagung. Mereka terpaksa kehilangan orang tua (ortu) akibat virus korona.
Pekerja Sosial ULT PSAI Dinas Sosial (Dinsos) Tulungagung, Akrin Nur Huda mengatakan, berdasarkan data pada tahun 2021 lalu, terdapat 263 anak terpaksa kehilangan ortunya akibat terpapar virus Covid-19. Data tersebut diperoleh karena adanya program bantuan layanan dukungan psikososial (LDP).
Menurut dia, secara keseluruhan ada 400-an anak kehilangan ortunya yang meninggal akibat Covid-19. “Totalnya di Tulungagung ini sebenarnya banyak, ada sekitar 400-an lebih. Itu kan kemarin kita lakukan LDP, terutama pada anak yang terdampak Covid-19,” jelasnya kemarin (23/12).
Data tersebut dikelompokkan berdasarkan usia. Usia yang terakomodasi dalam LDP yakni dari anak usia 3 hingga 18 tahun. Dia menjelaskan, pada LDP tersebut juga mengumpulkan keluarga dari anak-anak terdampak untuk memberikan edukasi pengasuhan anak. “Kan anak-anak ini didampingi dengan keluarganya juga. Jadi ya entah nanti dari salah satu ortu yang masih atau dari sanak keluarga lainnya, kita kumpulkan untuk edukasi soal pengasuhan anak,” paparnya.
Pada program bantuan tersebut, anak-anak terdampak pandemi Covid-19 akan menerima bantuan berupa sembako serta rekreasional kids.
Menurut dia, bantuan tersebut dapat sedikit membantu anak yang kehilangan ortu akibat meninggal karena Covid-19. “Rekreasional kids itu ya mainan sesuai umur anak, seperti buku gambar, buku cerita, pensil warna, bola, dan rubrik,” ucapnya.
Disinggung perihal adanya anak yang menjadi yatim piatu akibat pandemi Covid-19, dia mengaku, berdasarkan kasus terdapat anak yang kehilangan salah satu ortu terlebih dahulu. Baru setelah adanya virus Covid-19 ini, ortu yang tersisa meninggal akibat terpapar virus tersebut. “Contohnya, ayahnya sudah meninggal lama, baru setelah ada Covid-19 itu ibunya meninggal akibat terpapar virus Covid-19 ini. Jadi ya anak tersebut menjadi yatim piatu,” ungkapnya.
Kemudian, disinggung perihal kondisi perekonomian kini dari keluarga anak tersebut, dia menceritakan bahwa terdapat salah satu keluarga dari anak terdampak Covid-19 yang kesusahan dalam bertahan dari segi perekonomian.
Dia mengaku, kondisi perekonomian keluarga dari anak terdampak Covid-19 sampai kesulitan membayar tagihan listrik. “Ayahnya dulu itu seorang kontraktor dan meninggal akibat Covid-19 kemarin itu. Ibunya sekarang ini jualan minuman es blender, buat bayar listrik saja sampai kesulitan. Walaupun rumahnya besar dan bagus, tapi keadaan perekonomiannya seperti itu,” tutupnya. (mg2/c1/din)