TULUNGAGUNG – Pusat Studi Pemajuan Kebudayaan (PSPK) Universitas Tulungagung (UNITA) menggelar kegiatan simulasi ritual dan adat Kirab Sapu Angin di area prasasti Sapu Angin, di Desa Nglurup, Kecamatan Sendang, Kamis (23/12) lalu.
Acara tersebut merupakan bagian dari rangkaian kegiatan revitalisasi nilai-nilai kearifan lokal di dalam merawat dan mengembangkan ekosistem budaya spiritual tahun 2021 di Kabupaten Tulungagung. Simulasi tersebut meliputi larung sesaji dan kirab sesaji dari Balai Desa Nglurup, serta dari delapan situs yang ada di wilayah desa itu, juga 10 desa yang dilalui aliran air terjun Jurang Senggani, menuju ke sentral ritual di area prasasti Sapu Angin.
Beberapa rangkaian kegiatan tersebut di antaranya, diawali dengan lokakarya atau diskusi terpumpun Penyusunan Rambu Air (22 November 2021), diskusi terpumpun Penyusunan Materi Ajar Siswa (25 November 2021) diskusi terpumpun Penyusunan Naskah Kompilasi (14-15 Desember 2021), dan diskusi terpumpun Penyusunan Naskah Regulasi (16 Desember 2021).
“Serangkaian kegiatan tersebut diinisiasi oleh PSPK UNITA sebagai tindak lanjut dari kajian tentang Tata Kelola Jaringan Irigasi yang dilakukan oleh Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman (Perkim) Kabupaten Tulungagung,” terang Rektor UNITA Dr Eko Sugiono, melalui Ketua PSPK UNITA, Eko Santoso, saat memberikan sambutan.
Atas inisiasi tersebut, melalui Dirjen Kebudayaan Direktur KMA Kemendikbud Ristek RI memberikan fasilitasi kepada PSPK UNITA untuk penyusunan naskah akademik dan draf Peraturan Bupati (Perbup) tentang Tata Kelola Jaringan Irigasi dengan Berbasis pada Kearifan Lokal di Kabupaten Tulungagung. Dia mengaku UNITA telah memiliki wadah dalam proses pemajuan kebudayaan.
“Sudah semestinya, pemajuan kebudayaan banyak dilakukan di desa-desa. Atas hal tersebut, UNITA berkepentingan untuk melakukan pendampingan-pendampingan ke desa sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemajuan kebudayaan,” katanya. (dil/c1/din/dfs)