KABUPATEN BLITAR – Ribuan warga memadati Alun-Alun Lodoyo kemarin (9/10). Mereka berebut air bekas siraman Gong Kiai Pradah yang tahun ini digelar tanpa adanya pembatasan seperti saat pandemi Covid-19 merajalela beberapa waktu lalu.
“Asalnya ini adalah air ledeng (sumur, Red) biasa, bedanya sudah mengandung doa-doa dari para sesepuh,” ujar Boiman, sembari menunjukkan air bekas siraman Gong Kiai Pradah yang berhasil didapatkan.
Warga asal Kecamatan Sutojayan ini mengaku selalu mengikuti rangkaian ritual budaya yang digelar tiap tahun tersebut. Dia meyakini air siraman itu memiliki banyak manfaat. Mulai dari penyembuhan hingga mempertahankan kebugaran fisik alias awet muda. “Ini juga anjuran para leluhur, konon air bekas siraman membawa banyak kebaikan,” ujar Boiman.
Tidak hanya berburu air bekas siraman, keberadaan tumpeng dalam rangkaian ini juga memantik perhatian masyarakat. Setidaknya selalu ada dua tumpeng dalam rangkaian ritual kebudayaan ini. Yakni, tumpeng nasi dan tumpeng besar. Tumpeng nasi digunakan khusus untuk kenduri bersama, sedangkan tumpeng besar berisi bahan pangan mentah yang diperebutkan oleh masyarakat atau pengunjung. “Saya tadi kebetulan dapat telur,” ucap seorang warga yang mengaku bernama Endang.
Menurut dia, tumpeng tersebut tidak kalah dari air bekas siraman. Sebab, keduanya sudah didoakan oleh para sesepuh dalam tradisi siraman Gong Kiai Pradah.
Di lokasi yang sama, Wakil Bupati Rahmat Santoso bersyukur rangkaian siraman Gong Kiai Pradah bisa berjalan dengan lancar. Kendati ada ribuan warga yang datang, kegiatan berjalan dengan tertib. “Tidak ada kerusuhan, semua berjalan lancar sesuai dengan yang diharapkan,” katanya.
Wabup menuturkan, kegiatan ini tidak hanya sekadar melestarikan budaya atau kearifan lokal. Namun, itu juga bisa membawa dampak positif terhadap perekonomian masyarakat yang sebelumnya terpuruk karena pandemi Covid-19. “Harapannya ekonomi bisa segera bangkit. Pulih lebih cepat dan bangkit lebih kuat,” tegas dia.
Pria ramah ini juga mengungkapkan rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang ikut mendukung kegiatan tersebut. Tak terkecuali para petugas keamanan yang sudah berjaga beberapa hari sebelum ritual kebudayaan ini dilaksanakan. “Terima kasih Pak Kapolres dan Pak Dandim yang sudah tidak tidur selama 3 hari karena mempersiapkan acara ritual ini, dapat mengatur ribuan massa tadi dengan sedemikian rupa dan lancar,” pungkasnya. (mg2/hai/c1/ady)