TRENGGALEK – Kewaspadaan mulai menjalar ke rumah sakit umum daerah (RSUD) dr Soedomo Trenggalek. Mereka harus menyiapkan sarana dan prasarana yang ada untuk melakukan perawatan terhadap pasien dengan segala kondisi. Pasalnya, tidak menutup kemungkinan ke depan akan ada pasien terindikasi hepatitis akut misterius.
Hal ini diketahui lantaran World Health Organization (WHO) atau organisasi kesehatan dunia telah menetapkan kejadian luar biasa (KLB) akan penyakit tersebut. Karena itu, penyakit hepatitis akut tersebut bisa sewaktu-waktu menyerang siapa saja tak terkecuali di wilayah Trenggalek dan sekitarnya. “Sejauh ini kami belum merawat pasien dengan probable hepatitis akut itu, baik yang diskrining di instalasi gawat darurat (IGD) maupun rujukan dari fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP),” ungkap humas RSUD dr Soedomo Trenggalek Sujiono.
Dia melanjutkan, kendati demikian, RSUD telah menyiapkan strategi penanganan sesuai dengan instruksi Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Meski penyakit menular pada anak tersebut memang belum ditemukan di Trenggalek, kewaspadaan di tingkat fasilitas kesehatan harus ditingkatkan. Salah satunya dengan melakukan koordinasi juga rujukan antarfaskes pelayanan kesehatan dengan sistem rujukan terintegrasi (Sisrute). “RSUD ini merupakan RS rujukan sehingga sudah siap menerima pasien termasuk hepatitis akut ini, jika ditemukan kasus. Tapi kami tetap berharap di sini tidak ada kasus itu,” katanya.
Sedangkan dalam proses penanganan hepatitis akut, semuanya akan kolaborasi. Karena kasusnya terjadi pada anak dengan usia di bawah 16 tahun, maka penanganan dilakukan oleh dokter anak. Menindaklanjuti hal tersebut, mulai dari sarana serta prasarana telah disiapkan. Termasuk penyediaan obat-obatan sudah dilakukan.
Dari situ sudah disiapkan laboratorium untuk memeriksa SGOT dan SGPT dengan cara mengambil sampel darah. Sebab dalam proses ini pemeriksaan tersebut harus dilakukan rutin. Sedangkan bagi orang yang sehat, kedua enzim tersebut biasanya akan terlihat normal dengan batas SGOT 5–40 µ/L (mikro per liter) dan SGPT: 7–56 µ/L (mikro per liter). Hal tersebut juga berlaku pada sumber daya manusia (SDM) yang bertugas. Tidak ketinggalan untuk melakukan perawatan RSUD telah menyiapkan ruang isolasi dan ruangan high care unit (HCU) di ruang dahlia, tempat perawatan anak, dengan kapasitas masing-masing tiga tempat tidur.
Untuk itu, diimbau kepada para orang tua agar selalu menjaga kebersihan, terutama tangan buah hatinya. Itu karena biasanya hepatitis menular melalui mulut. Artinya, apa yang dimasukkan ke mulut harus dijaga dan dipastikan dengan benar. “Karena itu, kami sampaikan kepada orang tua agar selalu memberitahu anaknya agar rajin cuci tangan, juga makanan dan lainnya itu harus dijaga,” jelas Kasi Pelayanan Keperawatan RSUD dr Soedomo Trenggalek ini. (jaz/c1/rka)