KABUPATEN BLITAR – Kurang dari sepekan, umat Islam di Indonesia memasuki Ramadan 1443 Hijriah, sekaligus melaksanakan ibadah puasa. Seperti biasa, Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Blitar akan kembali melakukan rukyatul hilal. Tahapan ini ikut menjadi bahan acuan sidang isbat Kemenag Republik Indonesia.
Humas Kemenag Kabupaten Blitar, Jamil Mashadi mengatakan, rukyatul hilal bakal digelar pada Jumat (1/4) mendatang pukul 17.00 WIB. Selain Kemenag, akan ada beberapa pihak yang terlibat. Di antaranya, Badan Hisab Rukyat (BHR) Kabupaten Blitar, Pemkab Blitar, serta dari aparat keamanan. Meski begitu, jumlah peserta terbatas, mengingat belum redanya pandemi Covid-19.
“Tahun ini, lokasi (rukyatul hilal, Red) di bukit Banjarsari, Kecamatan Wonotirto,” ujar Jamil, kemarin (30/3).
Informasi sementara, lanjut Jamil, ada 78 titik strategis yang tersebar di seluruh Indonesia untuk rukyatul hilal. Terlihat atau tidak, hasil dari pengamatan tim hilal di masing-masing daerah bakal dilaporkan ke Kemenag Pusat. Kemudian, seusai magrib, Kemenag akan melaksanakan sidang isbat untuk menentukan awal Ramadan.
Dia mengatakan, mekanisme gelaran rukyatul hilal tahun ini tidak mengalami perubahan sehingga tetap berkaca dari penyelenggaraan tahun lalu. Sebenarnya, pemantauan hilal merupakan momen yang dinantikan warga setempat. Sebab secara tidak langsung, kegiatan tersebut bisa menjadi wisata rohani menyambut bulan puasa.
“Kalau dulu (sebelum pandemic, Red), rukyatul hilal kan bagian dari syiar dan sunah. Kita jadikan layaknya wisata rohani. Tapi untuk 2020 – 2022, pelaksanaan sangat terbatas,” sambungnya.
Data Kemenag, Bukit Banjarsari cukup representatif untuk melihat hilal. Ketinggiannya mencukupi untuk mengamati pergerakan matahari dan bulan. Jika cuaca mendukung, tim juga bisa melihat dengan jelas tanpa harus terhalang pepohonan.
Akan tetapi, ada beberapa kendala alam yang bisa terjadi. Salah satunya cuaca. Apabila dalam proses pemantauan tim tidak melihat hilal lantaran cuaca buruk, maka hasil tetap dilaporkan kepada Kemenag Indonesia. Meskipun gagal, namun tetap jadi bahan pertimbangan dan bukti.
Lain cerita jika hilal berhasil terlihat sesuai di lapangan. Tim pemantau nantinya akan memberikan sejumlah bukti bahwa hilal benar terlihat. Tak hanya itu, Kemenag Indonesia akan menyumpah tim di lapangan soal hasil tersebut dan akan ada sejumlah pertanyaan terkait proses pemantauan hilal.
Soal ketetapan awal Ramadan, Jamil meminta masyarakat bisa bersabar. Puasa jatuh pada Sabtu (2/4) ataupun Minggu (3/4) tetap mengacu pada hasil sidang isbat. Namun, dia tak mempersoalkan apabila ada umat Islam lain yang kini sudah menetapkan jadwal awal Ramadan. Menurutnya, itu adalah keragaman dan bukan suatu masalah.
“Masyarakat tolong menunggu hasil sidang isbat. Kalau rekan Muhammadiyah, menetapkan Sabtu. Tapi, tidak perlu saling menyalahkan. Harus menghormati karena perbedaan itu berkah,” tandasnya. (mg2/c1/wen)