BOYOLANGU, Radar Tulungagung – Pandemi Covid-19 bukan jadi penghambat sanggar seni Gadung Melati untuk berprestasi. Buktinya, mereka mampu menunjukkan diri di kancah nasional dan dunia. Itu tak lepas dari komitmen penari asal Tulungagung dalam upaya melestarikan budaya tradisional.
Selama pandemi, Suwito, pendiri sanggar seni Gadung Melati, dibantu beberapa pelatih, termasuk putrinya, Dera Vernanda, mengaku unjuk gigi hingga tingkat internasional. Meski sebenarnya banyak rintangan yang dihadapi. Di antaranya soal waktu dan tempat latihan yang berpindah, kalau tidak di kantor Desa Beji atau di Sanggar Bhakti Pramuka, Beji.
Adapun prestasi yang diraih. Di antaranya juara I di ajang lomba Tari Ekspresi Petasan 2021; finalis dan top ten di kompetisi Tari Kreasi Nusantara Gentra Lestari Budaya ke 3 tahun 2020; serta meraih empat juara sekaligus pada Student Competition event Hari Pendidikan Nasional memperebutkan piagam Dinas Pendidikan Kota Kediri dengan kategori A meraih juara II dan III, kategori b meraih juara II dan V.
Sementara di tingkat internasional, yakni lomba bertajuk International Online Fastival-Contest (All Colour of Art) yang diselenggarakan di Italia. Melalui video yang mempertunjukkan tari tiniban, mampu memikat juri dan meraih dua penghargaan emas sekaligus pada kategori foklore dance child untuk usia 10 tahun dan kategori foklore dance teen untuk usia 12-13 tahun.
“Lombanya kebetulan online. Hanya kirim video saja. Itu pun kerja keras pelatih-pelatihnya lumayan,” terangnya.
Tak berhenti di situ, di event Internasional Dance Competition (Golden Dance) 2021 yang dilaksanakan pada April 2021 di Bulgaria, dia menampilkan tari eca-ece dan tari terompet yang diciptakan oleh Bimo Wijayanto. Hasilnya, menggondol juara I dan II dalam kategori folklore dance groups-modern choreography. (lil/din/dfs)