TULUNGAGUNG – Menumbuhkan kreativitas pada anak-anak tidak mudah, membutuhkan ide yang cemerlang agar dapar tercipta pikiran kreatif. Hal itu yang membuat Anang Prasetyo sering mengeksplorasi ide-ide dari barang tidak terpakai.
Suasana mendung yang tidak mengundang hujan siang kemarin (10/2) mewarnai cuaca Kelurahan Jepun, Kecamatan Tulungagung. Bangunan rumah khas Jawa zaman dulu yang berlokasi di Jalan Mastrip Gang 1 menjadi khas dari pemilik seniman senior Tulungagung, yakni Anang Prasetyo.
Pria berumur 50 tahun ini memiliki rasa perhatian khusus terhadap anak-anak di sekitarnya hingga membuat komunitas yang bernama Padhang Jingglang. Komunitas itu berfokus membuat acara-acara dengan tujuan menambah kreativitas dalam tumbuh kembang anak.
“Dulu pada tahun 2008, saya resah melihat banyak anak-anak yang sering bermain play station hingga lupa waktu. Kini tantangannya semakin bertambah karena ada ponsel pintar sehingga saya buat Padhang Jingglang itu,” ujar Anang yang ditemui di rumah joglonya.
Anang merintis Padhang Jingglang ketika masih menjadi guru di Kabupaten Tuban pada tahun 2008. Lalu tahun 2009 kembali ke Tulungagung, dan juga membuat komunitas tersebut yang pertama kali dilaksanakan di depan rumahnya.
Terdapat cerita menarik ketika Anang sedang mengeksplorasi botol bekas, yang sebelumnya dijual namun tidak jadi karena harganya yang rendah. Hingga akhirnya, dia lebih memilih memainkan botol tersebut di Taman Aloon-Aloon Tulungagung seperti bola boling. Serta mengundang anak-anak untuk datang melihat dan belajar hal tersebut.
“Padhang Jingglang tidak hanya anak-anak, karena saya merekrut beberapa mahasiswa untuk membuat acaranya. Padhang Jingglang biasanya diikuti 50 hingga 100 anak. Dulu beberapa kegiatan awal dilakukan di Taman Aloon-Aloon Tulungagung karena agar dekat dengan alam,” terangnya.
Dia tiap tahun mengadakan rekrutmen anggota komunitas Padhang Jingglang yang diperuntukkan mahasiswa. Puluhan mahasiswa berminat dalam kelompok kolektif ini, namun yang diterima hanya belasan mahasiswa. Meskipun begitu, masih dapat membuat acara tiap bulan untuk menularkan ide kepada para anak-anak yang jumlahnya lebih dari 50.
Namun sebelumnya, Anang membekali para mahasiswa tersebut dengan workshop macam-macam. Seperti permainan tradisional anak, bercerita, menyanyi, dan peningkatan kreativitas dalam diri seorang anak. Agar mahasiswa tersebut dapat percaya diri untuk membuat acara, dengan mereka sendiri yang menjadi aktornya.
Dia menceritakan, dirinya dikenal sebagai orang yang memiliki gudang ide untuk permainan tradisional anak-anak. Tak ayal jika dalam komunitas Padhang Jingglang banyak tumbuh anak-anak yang menumbuhkan karya-karya yang unik. Bahkan, mantan dalang cilik asal Kecamatan Bandung yaitu Riko Afiffudin juga rintisan dari komunitasnya dan pernah berkolaborasi dengan Anang.
Tentunya kolaborasi dengan Riko juga terkait dengan wayang. Beberapa tahun lalu, Anang memiliki karya wayang godong atau daun. Hal itu merupakan hasil eksplorasi Anang ketika melihat daun sehingga tumbuh ide wayang godong. Mereka berkolaborasi untuk pentas secara umum yang dilakukan di Kecamatan Ngunut. Dari itu, Anang memiliki ide akan mengundang Riko kembali agar tumbuh dalang cilik.
Selain itu, Anang dan komunitas Padhang Jingglang pernah mengeksplorasi batu sungai yang dapat dijadikan sebagai boneka dengan dilukis. Bahkan, benda batu tersebut juga dapat dijadikan untuk alat musik yang merdu dan terdengar tidak kalah apik dengan musik biasanya.
“Ternyata batu sungai itu dapat dijadikan terapi bagi anak berkebutuhan khusus (ABK). Caranya, batu tersebut dibuat seperti gasing lalu diwarnai dengan corak apa pun sehingga dapat membuat ABK terapi warna,” ungkapnya.
Guru di SMKN 1 Boyolangu ini dalam komunitas Padhang Jingglang miliknya, sering mengadakan pameran karya-karya dari anggotanya. Karya yang sering dipamerkan merupakan seni rupa, hasil dari pengajaran yang diberikan para mahasiswa di komunitas tersebut. Bahkan November 2021 kemarin, mereka baru saja mengadakan pameran di salah satu kafe di Tulungagung hingga menarik banyak perhatian anak-anak dan orang tua.
Hampir tiap bulan, komunitas ini selalu mengadakan acara untuk menambah kreativitas anak-anak. Beberapa acaranya tidak jarang berkolaborasi dengan pihak sekolah. Hal itu semakin mengenalkan metode BMCK yang dimiliki oleh Padhang Jingglang. Menurut Anang, BMCK yaitu pembelajaran yang mengandalkan permainan, menyanyi, cerita, dan kreativitas.
“Saya berharap dan bermimpi agar yang diterapkan Padhang Jingglang dapat diikuti oleh sekolah-sekolah atau desa yang ada di Tulungagung. Agar nantinya dapat tumbuh anak-anak kreatif dan menumbuhkan karya yang keren,” pungkasnya. (*/c1/din)