KABUPATEN BLITAR – Sejumlah kepala keluarga di Desa Kebonsari, Kecamatam Kademangan, harus mulai mencari alternatif hunian baru. sebab, tempat tinggal mereka mengalami pergeseran tanah dan rawan roboh.
Diduga hal itu terjadi karena intensitas hujan tinggi sehingga tanah jenuh air dan memicu fenomena tanah gerak. Informasi yang berhasil dihimpun Koran ini, pergerakan tanah sudah muncul sejak dua pekan lalu. Terdapat retakan pada pekarangan dan hunian warga, tepatnya di RT 4 RW 1 Desa Kebonsari. Kondisi itu semakin parah sehingga ada satu rumah warga yang terpaksa dirobohkan karena dirasa membahayakan penghuninya.
“Sudah sejak tanggal 10 maret lalu, ada tanda-tanda tanah gerak ini,” ujar Kepala Desa Kebonsari Subakri kepada Koran ini, Rabu (23/3).
Menurut dia, ada sekitar delapan hunian yang kini mengalami retak akibat tanah gerak tersebut. Pihaknya juga mengaku sudah meminta warga untuk mempersiapkan diri jika kondisi ini semakin parah. Dengan kata lain, segera meninggalkan hunian mereka terlebih saat hujan tiba. “Saya sudah minta kepada warga untuk mengungsi, ke rumah saudara atau masjid jika nanti kondisi membahayakan,” imbuhnya.
Tak hanya itu, tanah gerak ini juga mengakibatkan ruas jalan di desa tersebut amblas sekitar 40 sentimeter. Akibatnya hanya separo jalan yang bisa digunakan. Kini sudah dipasang rambu-rambu pengaman agar pengguna jalan berhati-hati saat melintas di ruas jalan tersebut.
Subakri menambahkan, fenomena tanah gerak ini baru kali pertama terjadi di desa tersebut. Sejauh ini pegerakan juga hanya di RT 4 RW 1 saja, meskipun karakter tanah yang ada di wilayah tersebut tidak jauh beda. “Wilayah kami memang perbukitan, mudah-mudahan ini tidak terjadi di titik lain,” harapnya.
Di lokasi terpisah, Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blitar Wahyudi belum bisa memberikan penjelasan detail terkait pemicu fenomena tersebut. Menurut dia, ada banyak faktor tanah gerak, utamanya ruas jalan yang kini amblas beberapa senti dari posisi sebelumnya. “Bisa jadi karena konstruksi jalannya yang kurang kuat, atau bisa juga karena kendaraan yang melintas memiliki tonase yang berlebih,” katanya.
Yang jelas, kata dia, fenomena ini akan segera ditindaklanjuti. Dalam waktu dekat, pihaknya berencana berkirim surat ke Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Sebab, lembaga ini yang memiliki personel atau tenaga ahli terkait topografi maupun fenomena alam. “Nanti kita tunggu bagaimana balasan atau rekomendasi dari surat tersebut,” tandasnya. (hai/c1/wen)