KOTA BLITAR – Euforia Agustusan masih terus diramaikan oleh warga Kota Blitar. Berbagai kegiatan digelar memperingati momen kemerdekaan RI. Salah satunya lewat karnaval kecamatan. Masyarakat dari berbagai lapisan pun antusias untuk meramaikannya.
Jarum jam menunjukkan pukul 13.00 WIB. Panas terik matahari yang menyengat siang itu tak melunturkan semangat peserta karnaval Kecamatan Sananwetan. Sejumlah peserta yang mengantre untuk berangkat, rela menunggu di sepanjang Jalan Soedanco Supriyadi.
Mereka menunggu giliran untuk menjalani rute yang telah ditentukan oleh panitia sebelumnya. Tibalah saatnya giliran peserta nomor C13 berangkat. Start dari depan Monumen PETA, peserta dari RT 01/RW 01 itu berangkat dengan memikul patung ogoh-ogoh berwujud seperti buto ijo. Ogoh-ogoh yang dipikul sejumlah pemuda ini memang lain daripada peserta yang lain.
Ukurannya fantastis. Dengan tinggi kurang lebih 6 meter, ogoh-ogoh buatan kelompok pemuda Kelurahan Karangtengah itu pantas disebut ogoh-ogoh raksasa. “Lebarnya mencapai 3,5 meter dan tingginya mencapai 6 meter,” ungkap Satrio, pembuat ogoh-ogoh raksasa itu kepada Koran ini, kemarin (23/8).
Kemarin, ogoh-ogoh itu ditampilkan di karnaval Kecamatan Sananwetan. Ukurannya jelas tampak berbeda dengan berbagai karya milik peserta lainnya. Bisa dibilang, ogoh-ogoh milik Satrio dkk itu paling besar daripada yang lain.
Dalam membuat ogoh-ogoh itu, Satrio tidak sendiri. Dia dibantu oleh kawan-kawannya. Warga Kecamatan Panggungrejo itu memang speasialis pembuat ogoh-ogoh untuk keperluan karnaval.
Patung karya seni yang identik dengan warga beragama Hindu itu merupakan hasil karya keduanya. Sebelumnya, Satrio sudah pernah membuat. “Semua ukurannya ya raksasa seperti ini,” ujarnya.
Pembuatan patung yang menyimbolkan butha kala itu memakan waktu sebulan lebih. Ukurannya yang super jumbo itu membuat prosesnya cukup sulit. Tahap demi tahap harus benar-benar diperhatikan.
Mulai dari merangkai kerangka ogoh-ogoh, pelapisan, hingga pengecatan. Kerangkanya menggunakan bambu. “Hampir semua bagian kerangkanya full bambu. Untuk bajunya atau pelapis, saya menggunakan kertas bungkus semen,” tuturnya.
Ogoh-ogoh dikerjakan hampir setiap hari. Siang dan malam dilembur agar lebih cepat rampung. Satrio dkk ingin mempersembahkan suatu yang berbeda dalam karnaval tahun ini. “Ya, kita memang sengaja ingin membuat yang berbeda dengan peserta yang lain,” bebernya.
Untuk pengecetan, Satrio menggunakan teknik airbrush. Sebab, jika menggunakan kuas bakal memakan waktu lama, lantaran ukuran ogoh-ogoh yang raksasa. Dengan airbrush, pengecatan lebih efektif.
Sementara itu, koordinator tim, Yanu Irawan mengaku senang telah berhasil menyelesaikan ogoh-ogoh raksasa. Kerja keras dan kekompakan teman-teman membuahkan hasil. “Dan hari ini (kemarin, Red) akhirnya bisa ditampilkan. Terbukti, masyarakat sangat antusias melihat patung raksasa ini,” akunya.
Dia berharap, tahun depan dia dan kawan-kawan bisa kembali mempersembahkan yang lebih baik. Terpenting, berbeda dengan peserta yang lain. Mungkin untuk tahun depan akan membuat karya yang berbeda. “Terpenting, kekompakan teman-teman terus terjaga sehingga kami bisa membuat karnaval ini lebih heboh lagi,” ujarnya lantas tertawa. (*/c1/ady)