TULUNGAGUNG – Rifqi Shodiq nampaknya sosok pemuda yang tidak betah diam. Sukses mengelola usaha Roti Bakar Executive, dimulainya dengan memanfaatkan waktu seproduktif mungkin. Itu sejak dirinya menjadi siswa sekolah perhotelan di Malang, sekaligus nyambi menjadi karyawan di salah satu kedai sate.
“Karena jam belajar di sekolah tidak full sampai sehari dan banyak nganggur-nya, saya memutuskan untuk kerja part time di kedai sate selama tiga bulan,” ujar pria yang tinggal di Desa Tunggangri, Kecamatan Kalidawir ini.
Selama tiga bulan bekerja, uang hasil jerih payahnya dikumpulkan untuk modal awal usahanya. “Uang gajian selama tiga bulan saya kumpulkan. Lalu setelah keluar dari kedai sate, saya mulai membuka usaha saya,” lanjut pemuda yang hobi berenang ini.
Pelan-pelan usahanya terus berjalan, hingga akhirnya diputuskan untuk mencati karyawan agar juga bisa fokus menyelesaikan sekolahnya. Meski memberanikan diri memilih roti bakar sebagai jualannya, ternyata Rifqi juga sempat kesulitan mencari bahan-bahan untuk toti bakarnya.
“Karena belum tahu toko-toko yang menjual bahan roti bakar itu di mana,” ujar penyuka mi ayam ini.
Nama Roti Bakar Executive dipilihnya karena di Tata Boga jabatan tertinggi di kitchen (dapur) itu Executive Chef. Itu adalah orang yang paling disegani sehingga bagi Rifqi ada kesan tersendiri. Di usianya yang ke-21 tahun, Rifqi sudah memiliki tiga cabang di Tulungagung. Yakni bertempat di Desa Tunggangri, Kecamatan Kalidawir; Desa Bendilwungu, Kecamatan Sumbergempol; dan Desa Selorejo, Kecamatan Ngunut.
Penjualan sempat menurun di masa awal pandemi, untuk menyiasati hal itu dirinya menyediakan sistem delivery order (DO). Tapi, ketika masa PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) roti bakarnya justru habis lebih awal, dikarenakan banyaknya pembeli yang order di sore hari. “Ketika masa PSBB masyarakat kan nggak boleh keluar, justru orang-orang belinya itu waktu sore hari karena malam harinya ada pembatasan jam malam,” ujarnya. Jadi, masa PSBB tidak terlalu berpengaruh baginya.
Rifqi memilih usaha roti bakar karena modal yang sedikit dan minim risiko. “Semua orang bisa membuat usaha, yang penting berani mencoba dan tidak takut gagal. Kalau gagal bisa coba lagi,” pungkasnya. (ae1/c1/din)