TRENGGALEK – Memiliki keterbatasan tidak menghalangi para penyandang disabilitas untuk bisa bersosialisasi dengan masyarakat. Pasalnya, mereka memiliki usaha yang mampu untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Tak ayal karena itu mereka ingin membaur ke masyarakat dengan melakukan kegiatan bagi takjill.
Sore itu lalu lintas di sekitaran Jalan Raya Trenggalek-Ponorogo di area jembatan Ngantru terlihat ramai seperti biasanya. Namun, saat itu kendaraan yang lewat harus mengurangi kecepatannya, karena ada aktivitas pembagian takjil buka puasa bagi para pengguna jalan. Terlihat pemandangan berbeda ketika yang membagikan takjil kepada para pengguna jalan tersebut adalah anak-anak atau orang dengan keterbatasan fisik. Tentu bisa dibayangkan bagaimana yang terjadi.
Ya, karena kondisi fisik yang tidak sempurna, tentu bukan hal mudah bagi mereka untuk melakukan kegiatan tersebut. Kursi roda yang dikenakan pun tidak cukup membantu mereka untuk melakukan aktivitas. Meski begitu, mereka tidak patah semangat dan terus berusaha memberikan bungkusan takjil.
Melihat kondisi yang demikian, tak urung sejumlah pengguna jalan pun tergerak hati. Mereka membantu usaha penyandang disabilitas ini. Benar saja, setelah sedikit bersusah payah dan dibantu oleh beberapa orang akhirnya bungkusan takjil tersebut bisa diterima pengguna jalan yang melintas. “ Kami salut, mereka tidak minder dengan kondisi yang terbatas itu,” ujar M. Anas, salah seorang pengguna jalan.
Wajah mereka yang sering terhias senyum tentu membuat takjub. Ya, mereka seolah tak memiliki kekurangan apa pun. Benar saja, ketika acara berlangsung terlihat dari raut wajah mereka ekspresi gembira terpancar. Itu bukan isapan jempol semata, mengingat mereka yang dulunya dianggap bisa hidup dengan belas kasihan orang lain, kini bisa hidup mandiri dan berbagi layaknya manusia normal pada umumnya. “Pastinya saya senang bisa ikut beri takjil kepada pengguna jalan,” ungkap salah seorang disabilitas yang ikut berbagi, Slamet.
Dia melanjutkan, pembagian takjil tersebut dilakukan karena dirinya bersama teman-teman disabilitas lainnya sudah terbiasa dengan masak-memasak. Kendati dianggap memiliki kekurangan, dirinya dan teman-teman tidak mau mengandalkan belas kasihan orang lain. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, mereka membuka pesanan makanan dari masyarakat di sekitar tempat tinggal mereka yang berada di wilayah Kelurahan Ngantru. “Jadi, memasak bukan hal baru bagi kami, makanya mengadakan bagi takjil ini,” katanya.
Sejatinya, dirinya dan teman-teman tetap membutuhkan bantuan orang lain dalam proses tersebut. Namun, dalam hal ini seperti bimbingan dan arahan agar usaha membuka pesanan tersebut bisa dinimkati dan terus berkembang. “Jadi dengan ini kami bisa hidup mandiri,” tuturnya.
Sementara itu, koordinator yang juga pembina para disabilitas tersebut, Taryaningsih menambahkan, ide menggelar kegiatan bagi takjil murni dilakukan oleh para disabilitas dan disambut antusias oleh yang lainnya. Dengan ini diharapkan para penyandang disabilitas bisa berbaur dan diterima masyarakat. Selain itu, harapan kegiatan tersebut agar semua sadar tentang indahnya berbagi dengan sesama. “Sehingga kegiatan ini bisa dijadikan pelajaran berbagi dengan orang lain,” imbuhnya.
Takjil yang dibagikan berupa makanan ringan, nasi kotak, serta minuman hasil buatan disabilitas sendiri. Total ada sekitar 300 takjil yang dibagikan di tiga tempat yang berbeda. Yaitu, 100 buah dibagikan langsung kepada pengguna jalan di sekitar Jembatan Ngantru, 100 buah disediakan di depan rumah disabilitas untuk siapa saja yang mampir, sedangkan 100 buah lainnya dibagikan di musala terdekat.
Setelah selesai membagikan takjil, mereka melaksanakan buka bersama di rumah yang menjadi tempat tinggalnya. “Selama ini kebanyakan orang memang bilang bahwa disabilitas itu kasihan dan juga mungkin kita dikasihani. Maka dari itu, kami ingin membuktikan bahwa disabilitas juga bisa bekerja dan saling berbagi,” jelas wanita yang akrab disapa Tary ini. (*/c1/rka)