KABUPATEN BLITAR – Ruli Efendi, pemuda asal Desa Ngaringan, Kecamatan Gandusari, sukses membuat lembaran-lembaran kertas bernilai ekonomi tinggi. Bahkan beberapa kali, paper cutting miliknya malang melintang ke Jepang hingga Amerika.
Memasuki ruang tamu rumah pemuda 24 tahun itu, ada beberapa bekas sisa guntingan kertas di meja dan lantai. Itu jadi pertanda Ruli memproduksi karya seni paper cutting yang mengesankan. Baginya, kesuksesan bukanlah hal mudah, layaknya mengedipkan mata. Kerajinan menggunting kertas yang dia geluti sejak 2017 lalu, membutuhkan kesabaran yang ekstra. Bukan hanya saat proses produksi, namun harus siap menerima risiko lain. Seperti minimnya dukungan orang tua.
Dulu, tiada hari tanpa kalimat keraguan dari bapak dan ibunya. Mungkin, ada harapan lebih dibenak kedua sosok berharga itu. Namun, Ruli mengaku, minimnya dukungan itu bukan menjadi hambatan baginya untuk terus berkarya. Bahkan setelah melalui perjalanan panjang, karyanya mampu dinikmati hingga penjuru dunia, dan menyabet beragam prestasi. Sertifikat berharga, terpampang nyata di dinding ruang tamu.
“Namanya orang tua, dulu pasti sempat meragukan. Itu pas awal-awal, ‘Apasih cuma kertas aja’. Nah, tapi dari titik itu, saya termotivasi harus menunjukkan bahwa lewat jalan ini pasti bisa,” ungkap Ruli, kemarin (4/4).
Ruli seolah sudah kenyang dengan respons minim terhadap karyanya. Namun, dia terus ngotot, berupaya membangun karir menjadi seorang seniman lewat gunting kertas yang tak biasa itu. Disebut tak biasa, lantaran detail pengguntingannya bak hasil cetakan mesin modern. Itu yang membuat dia akhirnya terus berinovasi memberikan karya terbaik untuk pelanggan.
Seiring berjalannya waktu, pria ramah itu akhirnya menemukan titik terang dari perjalanan melelahkan yang dia tempuh. 2019, karyanya mulai mendapat tempat di masyarakat, begitupun bagi kedua orangtuanya. Itu agaknya memberikan hawa segar kepada Ruli. Artinya, dukungan yang semakin kuat, bisa mengantarnya menuju hasil gemilang di masa depan.
“Alhamdulillah, kalau ke luar negeri, itu mengandalkan relasi juga. Beberapa waktu lalu yang pernah ke Jepang dan Amerika. Itu saya tidak menyangka. Karena yang penting membuat karya,” imbuh pria berambut gondrong itu.
Seiring berjalan waktu, hasil yang dia dapat semakin terasa. Meski tak menyebut nominal omzet secara pasti, namun wajah semringah Ruli memberikan sinyal. Yakni kini karyanya begitu ditunggu-tunggu. Bermodal relasi dan media sosial, bisnis paper cutting itu laris manis. Para pelanggan, kata Ruli juga selalu bolak-balik untuk pesan.
“Paling kecil ukuran 5R itu Rp 100 ribu. Semakin rumit, ya semakin menyesuaikan harganya. Ukuran juga memengaruhi. Tapi ya masih meraba-raba untuk harga,” ungkap dia.
Paper cutting sejatinya mirip dengan melukis. Bedanya, ada beberapa aksen indah yang muncul di karya milik Ruli, dan belum tentu ada di bidang melukis. Selain itu, lantaran sudah senang, Ruli bisa menghabiskan waktunya duduk berjam-jam untuk melahirkan sebuah karya. Ikut kegiatan bazar UMKM juga rajin dilakukan.
Selama membuat pesanan, ada satu hal yang selalu dia usung. Yakni kepuasan pelanggan. Terlepas apapun gambar paper cutting yang dipesan, dia selalu melayani. Untuk pesanan standar, Ruli bisa menyelesaikan dalam waktu tiga sampai empat hari. Namun, apabila karya yang dipesan cukup rumit, bisa sampai sebulan.
Pria ramah itu berharap, ada bidang lain yang bisa dia kembangkan. Namun, tak jauh-jauh dari paper cutting. Dia ingin, karyanya merambah ke dunia pernikahan untuk dijadikan mahar. Sebab, ini adalah sesuatu unik dan akan menjadi sakral. “Ini bisa menjadi keuntungan, baik bagi pengantin dan saya pribadi. Karena semakin banyak relasi yang saya dapat. Syukur-syukur pemesan puas,” ungkapnya.
Dia juga berharap bisa menyemai bakat otodidaknya kepada para generasi muda kreatif. Sebab, baginya kawula muda adalah sosok yang perlu diberi wadah untuk menyalurkan kreativitas. Sehingga, selain bisa menciptakan ladang usaha, tujuan itu juga memperkecil dampak negatif globalisasi. (*/wen)