KOTA, Radar Tulungagung – Menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) sejak tahun 2014, Yuni Dwi Krisdayanti (23) mengaku beberapa kali memanfaatkannya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Bersyukur, tidak ada biaya yang keluar sama sekali dari kantongnya.
“Pernah opname tahun 2015, sakit tifus dan demam berdarah. Rawat inap di Puskesmas Ngunut, tidak ada biaya sama sekali,” ujarnya.
Kemudian pada tahun 2021, saat hamil, warga Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung, ini beberapa kali masuk rumah sakit hingga proses melahirkan. Sebab kondisi bayi yang terlilit tali pusar, Yuni harus rawat inap selama empat hari di rumah sakit. Ia juga sempat mengalami pendarahan, sehingga harus mendapatkan perawatan dua hari di rumah sakit. Berselang satu minggu, Yuni melahirkan melalui bedah sesar karena posisi bayi yang melintang dan terlilit tali pusar.
“Waktu hamil 3 kali masuk rumah sakit. Bulan Juli 2021 rawat inap selama 4 hari, perut sakit soalnya bayinya terlilit tali pusar. Kemudian bulan Agustus pendarahan, rawat inap cuma 2 hari. Selisih seminggu operasi sesar. Kalau tidak pakai JKN mungkin habis sekitar Rp 13 juta,” pungkasnya.
Meskipun menggunakan JKN-KIS, Yuni mengaku dilayani dengan baik. Ia percaya diri dan tidak takut mendapatkan diskiriminasi pelayanan. Seandainya tidak ada program Pemerintah ini, karyawan swasta ini akan merasa kesulitan ketika membutuhkan pelayanan kesehatan dengan biaya tinggi. Menurutnya, sakit itu tidak dapat diduga kapan datangnya. Oleh karenanya, ia tidak kebe[1]ratan jika harus membayar iuran rutin setiap bulan.