KABUPATEN BLITAR – Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Surabaya kembali menggelar kegiatan matching fund 2022 di Desa Minggirsari. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari pengembangan dan komitmen yang telah berlangsung sejak 2020 lalu.
Tim pelaksana Matching Fund Desa Minggirsari 2022 UNTAG Surabaya, Dheny Jatmiko mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk melakukan pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan observasi, masyarakat Desa Minggirsari memiliki banyak potensi yang masih bisa dikembangkan, misalnya usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). “Ini untuk pemberdayaan masyarakat, di antaranya pengembangan kedai susu mewah, pembuatan pupuk kompos dari kotoran hewan, serta pengembangan UMKM warga setempat di angkringan pojok,” ujarnya kepada Koran ini kemarin (16/1).
Seraya menikmati minuman di kedai susu mewah, Dheny menjelaskan beberapa upaya yang telah dilakukan pada kegiatan matching fund ini. Memberikan pendampingan kepada pengelola kedai susu mulai dari pengemasan, manajemen usaha, hingga pengembangan digital. “Harapannya setelah mengembangkan digital ini dapat meminimalisir peran waiters, sehingga tidak hanya dengan cara konvensional tetapi beralih ke digital,” harapnya.
Menurut dia, warung mewah ini berada di lokasi yang strategis. Meskipun berada di pinggiran sawah, namun perbatasan dengan Kota Blitar. “Selain itu, seberang jalan menuju kedai mewah ini terdapat taman desa,” paparnya.
Tidak hanya pengembangan produksi susu, peserta matching fund UNTAG 2022 juga melakukan pengembangan pada pembuatan pupuk kompos dari kotoran sapi. Pengembangan ini dilakukan dengan pertimbangan potensi warga setempat. Dheny menyebutkan, mayoritas warga Desa Minggirsari adalah peternak sapi. Hal inilah yang mengawali munculnya ide pembuatan pupuk kompos dari kotoran sapi. Selain agar kotoran sapi tidak menumpuk, juga mengantisipasi agar tidak terjadi pencemaran lingkungan. “Pengembangan pupuk dengan kotoran sapi ini menggunakan bantuan cacing Afrika,” jelasnya.

Pembuatan pupuk kompos ini tidaklah sulit. Hanya membutuhkan waktu 2-3 hari untuk menunggu kotoran sapi kering. Selanjutnya pupuk dicampur cacing Afrika dengan perbandingan komposisi satu banding satu. “Semoga pembuatan pupuk ini menjadi percontohan untuk desa lain sebagai upaya mengurangi limbah,” terangnya.
Kepala Desa Minggirsari, Eko Hariadi mengatakan, kecenderungan masyarakat mengenai UMKM masih seputar kuliner. Hal ini yang menyebabkan warga setempat lebih banyak membuka usaha kuliner. “Padahal semua bentuk produk warga adalah UMKM, seperti pupuk dari kotoran hewan dan lain-lain,” ujarnya.
Dia menjelaskan, matching fund UNTAG Surabaya 2022 sudah berlangsung sejak 2020 lalu. Pada 2020 lalu, pihaknya memperkenalkan profil desa kepada pihak UNTAG Surabaya. “Berdasarkan kesepakatan, pihak UNTAG bersedia melakukan pemberdayaan masyarakat di sektor UMKM, wisata, digitalisasi desa, dan ketahanan pangan,” bebernya.
Pada 2021, UNTAG kembali melakukan matching fund sebagai langkah awal pemberdayaan masyarakat. Sementara pada 2022, para mahasiswa berupaya melakukan pengembangan strategi untuk pemberdayaan masyarakat.
Kemudian untuk kali ini, jelas Eko, pengembangan sumber daya manusia membutuhkan kerjasama dengan akademisi, yakni perguruan tinggi. Hal ini berdampak pada rancangan konsep pemberdayaan masyarakat. “Kedatangan UNTAG menjadikan pihak desa lebih ringan dalam memikirkan konsep terkait pengembangan masyarakat,” akunya.
Eko berharap, UNTAG Surabaya akan melakukan pendampingan secara berkelanjutan dan Desa Minggirsari dapat menjadi pusat studi ekonomi kreatif.
Pengelola Warung mewah sekaligus Pengurus BUMDes unit ekonomi kreatif, Muhamad Makinudin mengatakan, adanya matching fund menjadikan masyarakat semakin siap menjalankan program desa. Hal ini terkait pengelolaan, modal, dan pengetahuan. Pihak UNTAG Surabaya memberikan wawasan dunia marketing. “Harapannya, pendampingan dari pihak UNTAG dapat dimaksimalkan. Masyarakat desa bisa menjalankan ilmu yang diberikan, sementara mahasiswa dapat berbagi ilmu,” tandasnya. (mg1/ady)