KABUPATEN BLITAR – Jembatan trisula Kademangan dipastikan belum bisa dimanfaatkan sampai ahkir tahun nanti. Sebab, hingga kini progres pembangunan sarana penghubung ini masih berkutat di angka 40 persen.
Untuk sementara, tidak ada kendala mobilitas. Jembatan sisi timur dimanfaatkan untuk dua jalur. Kendati begitu, kendaraan harus berjalan pelan lantaran akses yang relatif sempit. Utamanya untuk kendaraan roda empat ke atas.
Supervisor pelaksana pembangunan jembatan trisula Kademangan, Bambang Setiawan mengatakan, progres pembangunan jembatan tersebut sampai pada bagian abutment atau kepala jembatan. Struktur ini nanti digunakan untuk peletakan bangunan atas jembatan. “Secara umum, progresnya kini sekitar 43 persen,” katanya.
Bambang mengatakan, sekitar delapan titik paku bumi telah bangun di bawah abutment yang dipasang di bagian ujung jembatan ini. Dua pilar atau tiang penyangga jembatan membutuhkan sekitar 27 titik paku bumi. “Totalnya ada 43 titik. Abutment-nya butuh delapan titik paku bumi dan sisanya untuk pilar,” terangnya.
Pembangunan jembatan ini sudah dimulai sejak maret tahun lalu. Artinya, hampir setahun dilaksanakan. Kendati begitu, Bambang tampak optimistis pekerjaan tersebut selesai sesuai target dalam kontrak pelaksanaan. Yakni, akhir Desember nanti. “Selain kontruksi di Kademangan, ada kegiatan fabrikasi di kantor pusat yang saat ini juga masih berproses,” terangnya.
Bambang pernah mengatakan, salah satu kendala dalam pembangunan ini adalah pemindahan utilitas. Yakni, beberapa kepentingan yang menempel pada jembatan. Misalnya, kabel jaringan dan pipa milik PDAM. Akibatnya, pembongkaran tidak bisa segera dilaksanakan dan sedikit mengganggu di awal pelaksanaan kegiatan.
Ditanya soal kebutuhan anggaran untuk pembangunan jembatan, Bambang tidak paham. Sebab, dia hanya sebatas pelaksana di lapangan. Di sisi lain, jembatan trisula Kademangan ini hanya menjadi salah satu jembatan yang masuk dalam proyek pembangunan jembatan di Jawa. “Kalau nilai kontrak masing masing jembatan, kami kurang tahu,” tuturnya.
Yang jelas, kata dia, fisik bangunan ini sudah mencapai batasan usia penggunaan. Yakni, lebih dari 40 tahun. Kendati masih terlihat kokoh, beberapa jembatan lain di Jawa yang seumuran sudah mengalami kerusakan parah, bahkan ada yang roboh. (hai/c1)