KABUPATEN BLITAR – Sebagai abdi negara harus siap mengemban tugas dan ditempatkan di mana pun, meskipun jauh dari kampung halaman. Seperti dirasakan AKP Tika Pusvitasari, polisi wanita (polwan) asli Medan, Sumatra Utara. Apalagi tugas yang diembannya sebagai Kasat Reskrim Polres Blitar.
Bicara mutasi tentu bukan hal yang asing di telinga para abdi negara, termasuk seorang polisi. Begitu pun bagi AKP Tika Pusvitasari. Lahir dan besar di Medan, polwan anggun dan tegas itu kini mendapat amanat sebagai Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasat Reskrim) di Polres Blitar.
Dia menerima tugas untuk memberantas kasus kriminal di Kabupaten Blitar sejak 1 Maret lalu. Meski jauh dari orang tua dan keluarga besarnya, dia berupaya tetap memberikan kontribusi maksimal. Sebagai seorang polisi, dia memahami tugas utamanya sebagai pelayan masyarakat.
“Alhamdulillah, pastinya bersyukur. Ini berkah dan tanggung jawab bagi saya. Artinya kan saya dipercaya untuk menduduki jabatan yang strategis dan harus menunjukkan kinerja sebaik-baiknya,” tutur polwan yang akrab disapa Tika ini kemarin (20/3).
Sebagai pendatang di tanah Jawa, dia dituntut untuk cepat beradaptasi, utamanya di lingkungan kerja dan mendekatkan diri kepada masyarakat Kabupaten Blitar. Dia menilai, guyub rukun adalah kesan pertama yang dirasakan saat menapakkan kakinya di Bumi Penataran.
Sebelum bertugas di Polres Blitar, Tika Pusvitasari sudah lebih dulu mengabdi di Polda Metro Jaya, Jakarta sejak 2011 hingga 2018. Masih sama, dia juga berkutat dengan penanganan kriminal. “Setelah dari Jakarta, saya pindah di Pusdik Porong hingga kemudian di Polda Jawa Timur pada 2020,” ujar lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) 2010 silam.
Sejauh ini, jelas Tika, terus melakukan adaptasi dengan situasi dan kondisi. Beruntung, kondisi masyarakat di Kabupaten Blitar yang ramah membuatnya semakin cepat menyesuaikan diri sehingga mulai muncul benih-benih rasa nyaman dalam dirinya.
Ditanya soal kerinduannya kepada kampung halaman, Tika tak sungkan mengungkapkan rasa rindunya. Terlebih, sejak 2011 hingga kini, Tika jarang pulang ke Medan. “Namun dengan kemajuan teknologi saat ini, kerinduannya mampu terobati melalui panggilan video,” ungkapnya.
“Masakan khas sana (Medan, Red) juga bikin kangen. Seperti yang pedas-pedas, rendang, ikan gulai. Cari di sini (Blitar, Red) ada, tapi beda. Kalau di Blitar, favorit uceng,” bebernya.
Perjalanan Tika hingga menjadi perwira tak mudah. Namun, berbagai rintangan yang dihadapi membuatnya untuk pantang menyerah. Terus bekerja keras dan tak putus asa menjadi perinsipnya untuk mengusut satu per satu kasus kejahatan. Semangatnya patut menjadi contoh bagi para wanita dan kaum milenial.
“Pesan dari orang tua yang selalu diingat adalah selalu berbuat baik kepada orang lain di mana pun berada,” tutur ibu dua putra ini.
Pesan itulah yang selalu diterapkan di mana pun dia bertugas. Yaitu dengan membiasakan yang benar, bukan membenarkan hal yang biasa. Selain berusaha keras untuk mencapai impiannya, sedari kecil diajarkan untuk bersandar kepada Tuhan atas segala keinginan dan harapan.
Dia berpesan kepada masyarakat khususnya di Kabupaten Blitar, agar tetap guyub hidup berdampingan serta selalu mawas diri terhadap tindak kejahatan. Sebab, nuansa damai akan selalu membawa pengaruh baik dalam hidup. “Kalau ada hal-hal yang membutuhkan bantuan polisi, langsung lapor dan jangan ragu. Selain itu, masyarakat pun harus bisa jadi polisi untuk dirinya sendiri,” pungkasnya. (*/c1/ady)