TRENGGALEK – Sulastri namanya. Seorang wanita asal Desa Bogoran, Kecamatan Kampak. Dia berhasil membuktikan bahwa tamatan SMP bukanlah kegagalan.
Saat ini, anak semata wayang itu menjabat sebagai Supervisor Housekeeping di Alwadi Hotel, Doha, Qatar. Sebuah negara fenomenal karena menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.
HENNY SURYA AKBAR PURNA PUTRA, Kampak, Radar Trenggalek
Cukup singkat bagi Sulastri berkarir moncer di Qatar. Jika dihitung, awal karir sampai dirinya kini punya jabatan supervisor housekeeping, itu sekitar tiga tahun.
Lastri, -sapaannya, tak mengira dengan pencapaiannya saat ini. Ia pun menyebut dirinya adalah termasuk orang yang beruntung.
Lastri mengakui banyak orang yang lebih pandai, berpengalaman, bahkan melebihinya. Namun kesempatan berkarir di Qatar, itu justru jatuh pada seseorang wanita dari tamatan SMP.
“Saya boleh ngomong, itu karena faktor keberuntungan, ada banyak yang lebih pinter, ngerti, berpengalaman dari saya. Tapi Tuhan tahu, kebutuhan seseorang,” ucap Lastri saat dihubungi melalui sambungan telepon.
Adapun dua prinsip yang Lastri pegang, yakni ingin membahagiakan orang tua, dan mengubah hidupnya menjadi lebih baik.
Sedari awal Lastri memang bermimpi bisa menjadi orang sukses. Dia tidak ingin berakhir menjadi housewife (ibu rumah tangga).
“Saya ingin menjadi sesuatu, menjadi seseorang. Di situ, saya berpikiran untuk mengejar paket C, kemudian sekolah di Grand Voyage, Tulungagung,” katanya sembari mengingat masa lalu.
Di sekolah itu, Lastri belajar teori tentang dunia perhotelan selama enam bulan, dan enam bulan berikutnya praktek.
Berkat sekolah itu, Lastri mendapat kesempatan interview untuk bekerja di Mondrian Hotel, Doha, Qatar.
Tak disangka, interview itu berjalan lancar, hingga dia keterima menjadi room attendant.
Awal karir Lastri di Qatar, terhitung pada 2019, di usia 22. Lima bulan pertama, salah satu anak dari Pekerja Migran Indonesia (PMI) itu merasa kesulitan beradaptasi soal makanan.
Dia bilang, tipikal makanan di Qatar beraroma tajam karena rempah-rempah, namun lidah Lastri menilai makanan Indonesia masih lebih enak.
“Yang terkenal di sini (Qatar, Red) itu makanan Biryani, misal gulai dicampur dengan nasi,” ucapnya.
Selain makanan, Lastri juga sempat kikuk ketika Bahasa Inggris adalah bahasa keseharian.
Namun tak butuh waktu lama (sekitar 3 bulan, Red) untuknya bisa menyesuaikan, karena Lastri menilai warga Qatar lihai dalam menghargai, utamanya menghargai kemampuan orang lain dalam berbahasa Inggris, serta aksennya (logat, Red).
Selama tiga tahun Lastri menekuni karirnya, hingga tanpa disangka dia dipromosikan sebagai supervisor housekeeping di hotel bintang lima, Alwadi Hotel, Doha, Qatar.
Kesempatan langka itu pun Lastri tangkap dengan sebaik-baiknya, karena dia menyadari berkarir di Indonesia belum tentu sedemikian moncer.
“Saya baru delapan bulan (menjadi supervisor housekeeping, Red). Ada banyak hal untuk next level di dunia hospitality,” ungkapnya.
Belum genap setahun memegang jabatan baru, Lastri sempat viral ketika memberikan selembar pesan kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno.
Menparekraf Sandiaga Uno itu pun merasa bangga dengan wanita asal Trenggalek yang memiliki karir moncer di Qatar. Kebanggaan Sandiaga Uno itu terbukti dari salah satu unggahan video pendek di akun media sosial Instagram @sandiuno pada 3 Desember 2022.
“Kemarin saya dibuat terkejut ketika masuk ke kamar saya di Alwadi Hotel di Qatar, tiba-tiba ada kearifan hotel di Indonesia yaitu hiasan berbentuk angsa yang dibuat dari lipatan handuk beserta dengan sepucuk surat,” ucapnya.
“Ketika saya baca surat tersebut ternyata yang buat adalah orang Indonesia yang bekerja di sini, namanya adalah Mbak Sulastri (@ar_lastri) asal dari Jawa Timur dan sudah bekerja di Qatar selama 3 tahun…,” tulis Sandiaga Uno.
Melalui kesan membanggakan bagi Warga Negara Indonesia (WNI), Lastri memilih untuk lebih menekuni karirnya sebagai supervisor housekeeping di Qatar.
Namun seiring berjalan juga meraba-raba usaha yang potensial dikembangkan di Indonesia, khususnya di Trenggalek.
“Untuk menetap tetap WNI, tapi untuk berkarir saya lebih jodohnya di luar (Qatar, Red),” ujarnya. (*/rka)