KOTA, Radar Tulungagung – Sumbangsih pajak mineral bukan logam (minerba) paling minim. Keadaan ini diduga karena faktor alam yang menyebabkan penurunan jumlah produksi dari para penambang.
Sekadar diketahui, pada 2021 sebenarnya bisa melampaui target Rp 209,85 juta yang telah ditetapkan. Yakni, memperoleh sekitar Rp 218,8 juta. Penyumbangnya dari penambangan batu kapur, batu apung, felspar, dan granit atau andesit. “Pajak yang didapat ini bisa dibilang sedikit dibandingkan lainnya, diperkirakan karena pengaruh alam,” sebut Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kabupaten Tulungagung, Endah Inawati.
Dia mengatakan, pajak minerba yang meliputi pertambangan pasir hingga marmer ini mengalami penurunan dalam jumlah produksi pada tahun 2021 kemarin. Hal itu membuat beberapa pengusaha marmer tidak menghasilkan.
Di samping itu, saat ini minerba yang ada di Tulungagung dinilai memiliki harga rendah. Penerbitan izin terhadap pengolahan minerba di Tulungagung berasal dari provinsi sehingga yang memiliki wewenang untuk menaikan harga adalah provinsi. “Namun sudah ada rencana untuk perubahan peraturan gubernur (pergub) yang mengatur tentang harga minerba agar tidak terlalu rendah,” tandasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, kualitas bahan baku marmer di Tulungagung mengalami penurunan sejak setahun terakhir. Penurunan kualitas tersebut diperkirakan karena kuantitas marmer yang berkurang, serta usia marmer terbilang masih muda. “Penurunan kualitas bahan marmer di Tulungagung sudah terjadi sejak sekitar 2 tahun lalu. Salah satu faktornya yaitu minimnya tempat tambang legal di Tulungagung. Karena, beberapa bahan bagus di tambang marmer di Desa Besole, Kecamatan Besuki, yang menjadi langganan penambang digunakan untuk produksi sendiri,” ungkap perajin marmer di Desa Pelem, Kecamatan Campurdarat, Mulyani. “Faktor lain yaitu penurunan kualitas bahan marmer tersebut, perkiraannya karena usia bahan marmer tergolong masih muda. Karena, bahan yang saat ini lebih lunak dan permukaannya berpori-pori,” tambahnya.
Mulyani menambahkan, meskipun bahan material marmer di Tulungagung mengalami penurunan kualitas namun masih dapat ditanggulangi. Selain pencampuran bahan dari luar kota, juga cara pengolahan yang tepat. Biasanya kalau bahannya bagus, satu kali pengolahan saja sudah jadi. Tapi sekarang harus dua sampai tiga kali pengolahan. (mg1/c1/rka)