KOTA BLITAR – Pantang menyerah. Kalimat itulah yang tepat menggambarkan Susilowati. Warga Desa Sentul, Kecamatan Kepanjenkidul, itu merupakan perajin kayu. Dulu dia membuat beragam jenis perabotan rumah. Kini beralih menjadi produsen kendang jimbe.
Usahanya dimulai sejak 2010. Kala itu, Susilowati membuat kerajinan lumpang dan cobek berbahan kayu. Seiring berjalannya waktu, dia akhirnya beralih menjadi produsen kendang jimbe.
Kini, wanita berusia 38 tahun itu tak lagi produksi perabotan rumah tangga. Dia memilih fokus pada kendang jimbe. Baginya, ada prospek yang lebih menjanjikan. Sebab, kedang tersebut banyak diminati, termasuk dari luar negeri. “Saya stop untuk perabotan rumah tangga, lalu beralih ke kendang karena lagi ramai dan pesanan dari luar negeri juga banyak,” ujarnya.
Dia menceritakan, pandemi Covid-19 juga membuatnya terpukul. Permintaan kendang jimbe merosot. Produksi pun tak lagi maksimal. Bahkan, ibu dua anak itu sempat vakum lima bulan. Mobil dan tanah terpaksa dijual untuk menutup biaya operasional.
Namun, itu tak membuat Susilowati patah arang. Dia berusaha melihat peluang pasar. Sampai akhirnya memilih produksi gelas berbahan kayu. “Alhamdulillah, zaman pandemi yang lain sepi, kalau saya lebih ramai berkat gelas kayu,” katanya.
Toko milik wanita ramah itu semakin ramai lantaran pemasaran mengikuti perkembangan zaman. Termasuk memanfaatkan teknologi. Ada pula rekan-rekan yang ikut membantu mempromosikan. “Mereka tak mau dibayar tapi terus mengiklankan, akhirnya ramai berkat feedback dari mereka,” jelasnya
Dia menambahkan, banyak hal perlu diamati saat berbisnis. Salah satunya, teman ataupun relasi. Sebab, itu bisa membantu mengenalkan produk dari mulut ke mulut. “Bekerja jangan berpikir akan menjadi kaya, tetapi bekerjalah dengan ikhlas dan bisa membantu tetangga, serta bermanfaat bagi orang lain,” tandasnya. (dia/c1/wen)