TULUNGAGUNG – Kondisi pandemi yang mulai melandai membuat angka calon pekerja migran Indonesia (CPMI) asal Tulungagung naik tajam. Didukung dengan dibukanya beberapa negara tujuan seperti Taiwan, Hongkong, serta Malaysia yang diprediksi segera menyusul.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Tulungagung, Agus Santoso menyebut, terjadi peningkatan yang signifikan untuk CPMI dimulai dari Januari sampai April tahun 2022 ini. Peningkatan itu terjadi apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Menurut data, lanjut dia, pada kurun waktu Januari sampai April tahun 2022 pihaknya sudah mendata sekitar 2.000 CPMI asal Tulungagung. Angka itu meningkat tajam dibandingkan tahun sebelumnya. Pasalnya, pada tahun 2021 dari Januari sampai Desember tidak sampai 2.000 CPMI yang terdata. “Sampai April ini sudah ada 2.000 yang terdata ID-nya,” katanya.
Dia melanjutkan, setelah mendapat ID, CPMI ini belum tentu langsung berangkat ke negara tujuan, biasanya menunggu terlebih dahulu selama satu atau dua bulan. Meski menunggu, dapat dipastikan mereka akan berangkat. “Calon pekerja migran Indonesia yang sudah ter-ID maksimal menunggu tiga bulan, pasti akan berangkat,” katanya.
Mayoritas tujuan dari CPMI tersebut adalah negara Taiwan dan Hongkong. Itu karena di dua negara tersebut sudah dibuka bagi pekerja dari Indonesia. Malah, dinilainya sebentar lagi CPMI dari Tulungagung akan bertambah banyak karena negara Malaysia juga sudah ada kesepakatan dengan Indonesia, bahwa tahun ini segera membuka negaranya untuk menjadi tujuan CPMI dari Indonesia. “Kalau Malaysia sudah dibuka, pasti CPMI dari Tulungagung akan semakin banyak,” katanya.
Dia mengatakan, yang menjadi faktor penyebab kenaikan tersebut diduga karena beberapa negara tujuan CPMI sudah mulai buka. Itu ditambah juga karena kondisi Covid-19 di dalam negeri khususnya di Tulungagung yang sedikit demi sedikit sudah melandai.
Sedangkan untuk memaksimalkan potensi CPMI dari Tulungagung, pihaknya menggandeng para PT penyalur PMI untuk berencana bertanggung jawab terhadap diklat bagi calon PMI. Di dalamnya nanti ada iuran yang dibebankan kepada PT penyalur PMI yang akan masuk pada pendapatan asli daerah (PAD) Tulungagung.
“PAD yang didapatkan dari PT penyalur PMI, nantinya akan kita minta dari pemerintah kabupaten dan digunakan untuk mendidik CPMI dengan gratis,” katanya.
Perhitungannya, iuran setiap CPMI yang dibebankan oleh PT penyalur Rp 200 ribu. Jika dikalkulasi dalam setahun terdapat 6.000 CPMI, maka potensi PAD akan bertambah sekitar Rp 1,2 miliar. Yang nantinya uang tersebut akan dimanfaatkan untuk mendidik CPMI sebagai tanggung jawab pemerintah kabupaten (pemkab).
“Karena selama ini yang melakukan pendidikan kepada CPMI adalah PT penyalur dengan beban biaya yang dibebebankan oleh CPMI. Namun, jika sudah ada PAD ini, pendidikan CPMI bisa digratiskan,” pungkasnya. (mg1/c1/din)