TRENGGALEK- Wanita itu memiliki nama Anni Latifatun Na’imah. Wanita kelahiran 1994 itu turut mengikuti aksi penolakan tambang emas dari Aliansi Rakyat Trenggalek (ART) ke Jakarta, beberapa waktu lalu.
Anni, panggilan akrabnya mengaku punya alasan pribadi mengapa sampai menolak pertambangan emas di Kabupaten Trenggalek. Menurutnya, izin usaha produksi (IUP) tambang emas dari PT Sumber Mineral Nusantara (SMN) mengancam 9 dari total 14 kecamatan di Kota Alen-Alen.
Karenanya, dirinya menjadi tergugah untuk menyerukan penolakan karena ruang hidupnya (lingkungan, Red) sedang terancam. Sementara dampak yang paling terasa adalah efek negatif terhadap sumber mata air.
Anni bercerita manusia tak bisa lepas dari air. Apabila sumber mata air itu mati akibat tambang emas, maka eksistensi manusia akan terancam. Yang mana akan banyak kekeringan yang melanda. “Jika ada tambang emas sama saja dengan bunuh diri,” tegas perempuan yang kini tengah getol menyuarakan penolakan tambang emas yang kini mengancam Desa Sumberbening, Kecamatan Dongko itu.
Anni mengatakan, tanah kelahiran yang menjadi saksi dirinya dibesarkan, bahkan bapak dan kakek neneknya sudah menopangkan hidup di hutan yang terkenal dengan suasana sejuk itu. Hutan adalah sahabat mata pencaharian bagi keluarganya dan masyarakat Desa Sumberbening. “Masyarakat sudah nyaman dengan mata pencaharian di hutan banyak tumbuhan seperti pucung yang buahnya keluwek biasanya dibuat masak rawon,” ucapnya.
Dirinya juga mengingat, bahwa setiap kemarau saja masih ada wilayah yang mengalami kekeringan. Jika dijarah sumber mata air karena adanya tambang emas dirinya tak membayangkan. “Tambang emas itu mematikan kami di daerah sendiri, hutan dikeruk jadi gundul menyebabkan bencana, tentu juga sumber mata air banyak yang akan mati,” tegas Anni.
Dengan demikian, Anni bertutur bahwa dampak utama yang akan dirasakan dengan adanya tambang emas adalah perempuan karena kebutuhan perempuan tak terlepas dari sumber mata air. “Pokoknya satu kata tolak tambang emas di Trenggalek. Desa kami Sumberbening jangan dijarah. Desa kami mencerminkan menjaga lingkungan hidup dengan baik, buktinya dua kali menang lomba adipura desa” ujarnya. (*/rka)