KABUPATEN BLITAR – Darah seni sudah mengalir di tubuh Atik Salis Rokhmiana sejak kecil. Sang ayahlah yang mengenalkan dunia seni rupa padanya, terutama pada seni kaligrafi. Perempuan warga Kelurahan Bence, Kecamatan Garum itu kini terus mengembangkan kreativitas seninya.
Puluhan lukisan kaligrafi itu hampir memenuhi dinding di salah satu sudut ruangan rumahnya. Sebagian lukisan itu merupakan hasil karya Atik Salis Rokhmiana dan sebagian lainnya karya mendiang sang ayah.
Berbagai jenis model kaligrafi menghiasi dinding ruang itu. “Rencananya, ruang ini mau dibuat galeri sama bapak. Tetapi bapak sudah meninggal dunia pada 2019 lalu. Jadi belum sempat kesampaian,” tuturnya kepada Koran ini, Rabu lalu (20/4).
Sedari kecil, perempuan 27 tahun itu memang sudah diajarkan melukis oleh sang ayah. Ayahnya memang merupakan seorang guru seni rupa di salah satu SMP negeri di Kota Blitar. Karena itu, kreativitas seni putrinya itu sengaja diasah sejak usia dini, terutama dalam seni kaligrafi.
Sang ayah inilah yang menanamkan jiwa seni, khususnya seni kaligrafi kepada Atik. Sejak duduk di bangku sekolah, tak jarang sejumlah event lomba seni kaligrafi diikuti. Sejumlah prestasi berhasil diraih. “Dari situlah, kreativitas seni yang saya miliki ini, saya coba kembangkan. Saya ingin mengeksplorasinya,” ujar Alumnus Jurusan Pendidikan Seni Rupa, Universitas Negeri Malang (UM), ini.
Usai lulus dari kuliah, Atik mengajar di salah satu madrasah negeri di Kota Blitar. Dia mengajar bidang seni rupa di sana. Spesialisasinya adalah seni kaligrafi.
Namun, pengabdiannya di madrasah tidak lama. Hanya dua tahun, lantas memutuskan untuk keluar dan memilih berhenti mengajar. “Karena menikah dan punya anak, saya fokus urus anak. Di situ saya mulai mengisi kesibukan lain dengan membuat karya seni di luar kaligrafi,” akunya.
Beberapa karya seni yang dibuat di antaranya doodle, lettering, hingga yang terbaru adalah lukisan kaca akrilik. Ketika awal bereksplorasi, Atik mengunggah sejumlah karyanya itu ke media sosial (medsos). Tak disangka, banyak respons positif dari warganet.
Mereka tertarik dan mulai banyak pesanan. Dari situ, dia mulai menerima cukup banyak pesanan, mulai karya doodle hingga lukisan kaca akrilik. “Terima orderan buat karya itu sekitar dua tahun terakhir ini. Sedangkan lukisan kaca akrilik, baru setahunan ini,” terangnya.
Karya doodle art yang dikerjakan paling banyak untuk hadiah ulang tahun dan pernikahan. Pun dengan lukisan kaca akrilik. Sementara ini, Atik hanya membuat karya ketika ada pesanan.
Dia belum berani terlalu fokus dengan usaha kerajinan tangannya itu. Sebab, dia masih sibuk mengurus anaknya yang masih balita. “Jadi, saya buat karya ketika ada pesanan. Tidak berani membuat banyak sementara ini,” jelas perempuan berjilbab ini.
Dari beberapa karyanya selama ini, yang paling banyak diminati adalah doodle art. Sementara lukisan kaca akrilik masih belum terlalu banyak peminat.
Untuk membuat sebuah karya doodle art, bahan yang digunakan cukup kertas dan pensil warna. Tambahan lain adalah pigura. “Sedangkan untuk lukisan kaca akrilik, tentu kaca akrilik, spidol khusus, dan cat akrilik,” terangnya.
Untuk membuat satu lukisan karya akrilik, Atik membutuhkan waktu maksimal 1,5 jam. Menurut dia, membuat lukisan kaca akrilik jauh lebih simpel daripada doodle. “Sebab, lukisan kaca akrilik tidak memerlukan banyak warna. Cukup dua warna saja, yakni putih dan warna lain untuk ngeblok,” ujarnya.
Cara membuatnya, terlebih dulu membuat sketsa objek gambar yang akan dilukis di kaca dalam lembaran kertas putih. Setelah jadi, kaca akrilik ditaruh di atas sketsa tersebut. Selanjutnya, tinggal lukis di kaca mengikuti pola sketsa dengan menggunakan spidol putih.
Setelah lukisan di kaca jadi, baru kemudian cat blok di sisi sebaliknya dengan warna yang diinginkan. Atik menggunakan cat akrilik untuk mengeblok.
Untuk lukisan kaca ukuran A3, dia menjualnya dengan harga Rp 85 ribu. Harga bisa bervariasi tergantung tingkat kerumitan lukisan. Yang membedakan, lukisan kaca karya Atik dilengkapi dengan lampu LED kecil. (*/c1/ady)