“Peluangnya besar. Tapi tren sketsa ini gak tentu, rame hanya momen tertentu saja. Karena itu, saya coba usaha kaca grafir tepatnya setahun sebelum kaligrafi ini,” katanya.
Namun, usaha kaca grafir yang dipilih juga tak berjalan mulus. Produknya kalah saing dengan produk serupa yang diproduksi dengan laser. Lantas, dia pun mencoba mencari peluang usaha dengan berselancar di platform YouTube. Dan menemukan, lukisan kaligrafi timbul dari lem.
“Saya lihat caranya kok mudah. Lantas saya coba mempelajarinya. Dan kebetulan saya punya temen pondok. Jadi saya minta arahan jika ada yang sulit atau nggak paham,” terangnya.
Menurutnya, siapapun bisa membuat lukisan kaligrafi dari lem ini. Namun untuk bisa mempertahankan usaha itu diakui Andik tak semudah membalikkan tangan. Karena, membutuhkan ketelatenan dan kesabaran. Kedetailan dan lekuk kaligrafi menjadi nilai plus tersendiri.
“Sekarang sudah nggak sulit memasarkan. Karena sudah punya bakul/pedagang. Karena ini lebih murah. Seperti yang berukuran 40×120 centimeter (cm) atau 60×100 dijual mulai Rp 700.000. Itu pun sudah termasuk pigura,” terangnya.
Andik mengatakan, produknya banyak diburu menjelang Hari Raya Idul Fitri. Karena hasil kaligrafi Andik cocok untuk menghias dekorasi rumah. Selain itu, dia juga melayani pesanan replikasi kain kiswah, penutup Kakbah. Satu replika kiswah rata-rata berukuran 1×2 meter. Karena banyak tulisan dengan detail tinggi, Andik mematok harga mulai Rp 1,5 juta.
“Replika kiswah biasanya dipakai untuk menutup mimbar imam di masjid. Ini juga rame jelang Lebaran,” jelasnya.
Disinggung durasi pengerjaan, Andik mengaku bisa memproduksi dua kaligrafi ukuran besar dalam sehari. Namun untuk kain replika kain kiswah diselesaikan sekurangnya dua hingga tiga hari.
“Semua pesanan saya kerjakan sendiri. Tapi untuk merapikan, packing dibantu seorang keponakan,” tandasnya. (lil/dfs/rka)