Saturday, May 28, 2022
No Result
View All Result
Radar Tulungagung | Semakin Dekat dengan Pembaca
  • Home
  • Index Berita
  • Berita Daerah
    • Tulungagung
    • Blitar
    • Trenggalek
  • Peristiwa
  • Hukum dan Kriminal
  • Sosok
  • Pendidikan
  • Life Style
  • Sport
  • Home
  • Index Berita
  • Berita Daerah
    • Tulungagung
    • Blitar
    • Trenggalek
  • Peristiwa
  • Hukum dan Kriminal
  • Sosok
  • Pendidikan
  • Life Style
  • Sport
No Result
View All Result
Radar Tulungagung | Semakin Dekat dengan Pembaca
Home Headline
Tekan Penyebaran Omicron di Kota Blitar, Aparat Gabungan Razia Tempat Hiburan

LESTARI: Terlihat anak latihan pencak silat di area Candi Sanggrahan kemarin. Candi tersebut masih berdiri kokoh.(FAJAR RAHMAD ALI WARDANA/RATU)

Telusuri Jejak Sejarah dan Struktur Candi Sanggrahan yang Dibangun pada Abad ke-13

February 3, 2022
in Headline, Tulungagung
0

TULUNGAGUNG – Bangunan peninggalan Majapahit yang terletak di Desa Sanggrahan, Kecamatan Boyolangu, termasuk candi yang terbesar di Kota Marmer. Bangunan yang dimaksud bernama Candi Sanggrahan. Candi tersebut erat kaitannya dengan Candi Gayatri yang tidak jauh dari lokasinya.

Tulungagung memiliki candi yang megah dengan bangunan besar. Jika ditelisik luas dari bangunan ini berukuran panjang 12,60 meter, lebar 9,05 meter, dan tinggi 5,86 meter. Bangunan itu bernama Candi Sanggrahan.

Candi ini bisa dijumpai setelah menempuh perjalanan 10 sampai 15 menit dari pusat pemerintahan Kota Marmer. Area candi memang tidak seluas jika dibandingkan Candi Penataran yang ada di Kabupaten Blitar. Namun kondisinya tetap terawat dan masih digunakan oleh masyarakat sekitar untuk beraktivitas.

Seperti yang terlihat kemarin (2/2), beberapa anak ditemui sedang melakukan pencak silat di area candi. Tentunya mereka telah izin dengan juru pemelihara (jupel) candi yang bernama Zaenuri. Rumah laki-laki itu tidak jauh dari Candi Sanggrahan, hanya 20 meter saja sehingga memudahkan pekerjaanya.

“Saya sangat mempersilakan siapa saja yang ingin melakukan kegiatan di Candi Sanggrahan. Asal izin dengan saya, selain itu kegiatannya harus positif tidak yang aneh-aneh,” kata Zaenuri yang ditemui kemarin.

Dia menjelaskan bila bangunan yang lebih dikenal masyarakat setempat sebagai Candi Cungkup ini hanya memiliki separo struktur saja yang masih utuh. Struktur kaki sampai badan saja yang masih terlihat, sementara bagian atas sudah tidak nampak lagi. Jelas saja, menurut Zaenuri, candi ini telah ada antara abad ke-13 sampai abad ke-16.

Lebih rinci, Zaenuri menyebut bila candi ini diperkirakan ada di masa Kerajaan Majapahit. Sekitar tahun 1350, yang mana dulunya merupakan candi tempat penyimpanan abu kerabat raja Majapahit. Hal tersebut masih sebatas perkiraan saja. Karena pada sekitar candi tidak ditemukan prasasti yang menunjukkan waktu dan nama raja yang berkuasa saat candi ini dibuat.

Namun terdapat Arca Budha sebanyak lima buah yang memiliki lambang berbeda-beda. Sesuai dengan arca yang ditemukan di bangunan itu, relief candi juga memiliki corak Budha. Karena itu disimpulkan jika candi ini memiliki latar keagamaan Budha. Bahkan pada masa itu, candi ini dipercaya digunakan sebagai tempat pendharmaan Bhre Paguhan yang diriwayatkan dalam Kitab Negarakertagama.

“Bila ditelisik dari namanya, Candi Sangrahan ini berarti ‘Singgah’. Karena Candi Sanggrahan pernah dipergunakan untuk istirahat rombongan pembawa jenazah Gayatri menuju Candi Gayatri yang berada di Kecamatan/Desa Boyolangu,” tukasnya.

Struktur candi yang berbahan dasar batu andesit dan batu bata tersebut berbentuk bujur sangkar yang terdiri dari bangunan kaki dan tubuh. Penggunaan batu bata pada candi ini terdapat pada bagian selasar, gerbang, dan candi perwara atau pendamping. Namun sayang, dua candi perwara yang berada di timur struktur utama sudah runtuh tak tersisa, dan bagian atap juga telah tidak ada karena termakan usia.

Zaenuri menceritakan bila pada relief yang terdapat di bagian kaki candi, menceritakan seekor harimau yang tertipu oleh seekor kambing. Alur cerita tersebut diperkirakan bagian dari cerita Tantri Kamandaka, yaitu prosa Jawa Kuno yang menceritakan hewan atau satwa.

“Masih ada ditemui orang sembahyang pada Candi Sanggrahan, namun pada era milenial ini sudah sangat jarang, hanya warga di Desa Sanggrahan saja yang mengadakan selamatan sebelum mengadakan hajat,” imbuh laki-laki yang membawa sepuntung rokok ini.

Dari pengakuan Zaenuri, peninggalan kerajaan Majapahit ini pernah dipugar pada tahun 2015 lalu. Bangunan candi direkonstruksi seperti awal ditemukan. Selain itu, secara bentuk memang mirip seperti Candi Rimbi yang ada di Kabupaten Jombang. Namun setelah dipugar, panil relief yang seharusnya berisi gambar ternyata tidak ada lagi. Hal itu dikarenakan tidak ada contoh relief asli seperti yang ada di masa lampau.

Selain digunakan warga setempat, menurut Zaenuri, pada hari tertentu candi dikunjungi oleh pelajar SD dan TK untuk keperluan edukasi. Selain itu, candi masih digunakan penganut Budha untuk hari raya keagamaan. “Kalau Hari Raya Waisak, candi kadang juga digunakan sebagai tempat prosesi keagamaan,” tutupnya. (*/c1/din)

Tags: candi gayatrikabupaten tulungagungkota tulungagungperistiwa tulungagungradar mataramanradar tulungagungsejarah candi gayatritulungagungtulungagung hari initulungagung update
ShareTweetSendShareShare
Previous Post

Tulungagung Naik Level 2, BUPATI: ”Tetap Jaga Prokes”

Next Post

Mendiang Margiono Dimata Kang Abu Muslich, Pernah Mendirikan IQRA Sambitan

Related Posts

Muhammad Rifa’i Dilantik Jadi Wakil Ketua DPRD Kabupaten Blitar

Waduh, Jawaban Siswa saat USBK Tidak Terkirim, Ini Penyebabnya

by Radar Blitar Jawa Pos
28 May 2022
0
152

KABUPATEN BLITAR - Puluhan peserta ujian sekolah berbasis komputer (USBK)...

“Harus Cerdas, Cermat dan Cepat” Pesan Bupati Tulungagung Dalam Pelantikan dan Pengambilan Sumpah Pejabat

“Harus Cerdas, Cermat dan Cepat” Pesan Bupati Tulungagung Dalam Pelantikan dan Pengambilan Sumpah Pejabat

by admin
27 May 2022
0
434

TULUNGAGUNG - Bupati Tulungagung melantikan dan mengambil Sumpah/Janji 140 pejabat,...

Kreativitas Aris Mujawat, Warga Blitar Ubah Barang Bekas Jadi Berkelas

Ini Alasan Petani Blitar Keberatan Subsidi Pupuk Dihapus

by Radar Blitar Jawa Pos
27 May 2022
0
664

KABUPATEN BLITAR - Kebijakan pemerintah pusat menghapus subsidi pupuk membuat...

Load More
Next Post
Tekan Penyebaran Omicron di Kota Blitar, Aparat Gabungan Razia Tempat Hiburan

Mendiang Margiono Dimata Kang Abu Muslich, Pernah Mendirikan IQRA Sambitan

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recommended

Kisah Zaenal Arifin, Peternak Ular Asal Desa Bendosari Ngantru

Dugaan Korupsi di Tulungagung, Temukan Kerugian Negara Rp 400 Juta

6 months ago
194
Balerejo si Desa Rawan Bencana, Warga: Ini Turun-Temurun

Balerejo si Desa Rawan Bencana, Warga: Ini Turun-Temurun

6 months ago
224

Popular News

    Facebook Instagram Twitter Youtube

    Radar Tulungagung

    Jawa Pos Radar Tulungagung adalah media yang memiliki 4 wilayah edar yaitu Tulungagung, Kabupaten Blitar, Kota Blitar dan Trenggalek.

    Category

    Currently Playing

    © 2022 PT Tulungagung Intermedia Digital

    No Result
    View All Result
    • Home
    • Index Berita
    • Berita Daerah
      • Tulungagung
      • Blitar
      • Trenggalek
    • Peristiwa
    • Hukum dan Kriminal
    • Sosok
    • Pendidikan
    • Life Style
    • Sport

    © 2022 PT Tulungagung Intermedia Digital