KABUPATEN BLITAR – Belasan rumah dan fasilitas umum di wilayah Blitar utara kembali dilanda puting beliung. Diduga hal ini dipengaruhi oleh faktor geografis. Beruntung tak ada korban jiwa kendati banyak pohon tumbang akibat hujan disertai angin kencang, Senin (13/6).
Informasi yang berhasil dihimpun, ada dua titik yang terdampak angin kencang ini. Tepatnya di Desa Kebonduren, Kecamatan Ponggok, dan Kecamatan Udanawu. Desa Kebonduren paling parah, ada belasan bangunan yang terdampak di desa tersebut. Sebagian besar atapnya melorot.
Tak hanya itu, beberapa petak lahan tanaman jagung nyaris dipastikan gagal panen karena roboh dilanda angin kencang tersebut. Sedangkan di Kecamatan Udanawu, bagian atap salah satu stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) terpantau rusak.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blitar Ivong Berttyanto mengatakan bahwa timnya sudah bergerak bersama masyarakat untuk penanganan awal dan pembersihan. Kini juga masih dilakukan asesmen untuk mengetahui tingkat keparahan dampak bencana tersebut. “Ini tadi Ibu Bupati juga ke lokasi untuk memberikan motivasi dan dukungan kepada warga terdampak,” katanya, kemarin(14/6).
Ivong menuturkan bahwa wilayah Blitar utara memang berpotensi besar terjadi puting beliung. Sebab, letak geografis yang memungkinan perbedaan pola dan kecepatan angin dengan desa atau daerah lain. “Di sana (Blitar utara, Red), sebagian desa masuk area lembah Gunung Pegat. Hal ini berdampak pada perbedaan suhu dan memicu angin puting beliung,” katanya.
Menurut dia, hal itu sudah sangat dipahami masyarakat di wilayah rawan ini. Mereka tidak kaget karena wilayah tempat tinggal tersebut sudah menjadi langganan angin kencang dan puting beliung. Di sisi lain, kerusakan yang ditimbulkan dalam peristiwa ini juga tidak begitu parah.
Sebenarnya, sambung dia, masyarakat juga sudah mengantisipasi peristiwa semacam ini. Misalnya dengan memotong pohon yang berpotensi roboh. Sayangnya, bencana alam tidak bisa diprediksi kapan terjadi, berikut tingkat keparahannya. Akibatnya masih saja ada pohon yang tumbang dan menimpa hunian warga. “Kekuatan angin itu kan tidak bisa diperkirakan, bayangkan pohon kenanga yang masuk kategori kuat ternyata juga roboh. Itu kan di luar prediksi,” ujarnya.
Bagi Ivong, yang bisa dilakukan oleh warga sekarang adalah waspada dan membagikan informasi seputar kebencanaan kepada setiap anggota keluarganya. Dengan pemahaman terkait kebencanaan yang memadai, secara tidak langsung juga dapat meminimalisir kerugian atau korban dalam setiap bencana alam. “Yang utama itu keselamatan jiwa, dengan pemahaman yang baik tentu warga juga tidak panik menyikapi fenomena ini,” tandasnya. (hai/c1/wen)