KOTA BLITAR – Masyarakat di Bumi Penataran harus mewaspadai penyakit gagal ginjal akut (GGA) progresif atipikal. Hingga kemarin, satu pasien asal Wonotirto berusia dua tahun masih dirawat di RSUD Saiful Anwar Malang. Lalu, dua pasien rawat jalan kondisinya sudah stabil, tetapi harus rutin cuci darah.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Blitar dr Christine Indrawati membenarkan informasi tersebut. Dia menilai dua pasien rawat jalan itu sebelumnya sempat dirawat di rumah sakit yang sama. Diduga, mereka mengalami gejala mengarah ke penyakit ginjal. Kurang dari dua pekan, kondisi dua pasien GGA asal Kecamatan Kanigoro dan Kesamben itu dikabarkan membaik.
“Benar, dua pasien yang sebelumnya dirawat itu masih harus cuci darah seminggu dua kali,” ujarnya.
Perempuan berkacamata itu tak menampik bahwa dua pasien tersebut awalnya sudah dinyatakan sembuh. Namun, untuk mengoptimalkan kinerja ginjal, lanjut dia, pasien harus rutin cuci darah tiap pekan. Posisi kedua pasien itu pun hingga kemarin masih di Malang agar mudah menjangkau rumah sakit tersebut. “Dua pasien rawat jalan itu sekarang (Rabu, 2/11) ngekos di Malang,” jelasnya.
Sejak dua pasien terdeteksi mengidap GGA, pihak dinkes mengaku belum bisa bertemu. Menurut Christine, itu karena pasien harus dirawat intensif. Tidak menutup kemungkinan, pihaknya bakal menemui penyintas apabila dinyatakan sembuh. Itu untuk mengetahui bagaimana gejala awal yang dirasakan pasien. Sebab, belum diketahui secara pasti bagaimana gejala penyakit tersebut.
“Dari beberapa pasien itu ada yang riwayatnya suka minum-minuman saset. Itu berdasarkan pengakuan pasien kepada tim medis di rumah sakit,” jelasnya.
Selain itu, salah satu pasien balita asal Wonotirto masih menjalani perawatan intensif di Malang. Termasuk mengonsumsi obat-obatan khusus organ dalam. Kendati begitu, pihaknya belum tahu pasti apa jenis obat yang dikonsumsi pasien.
Satu pasien yang dirawat di ICU itu juga belum bisa menjalani rawat jalan. Sebab, kondisi ginjal belum optimal seperti dua pasien sebelumnya. Terlebih, tenaga kesehatan (nakes) masih perlu mendata riwayat pasien sebelum mengidap GGA. “Yang jelas hasil observasi itu akan jadi bahan penelitian medis. Karena penyakit itu belum dapat dipastikan penyebabnya,” tuturnya.
Christine mengimbau masyarakat dapat selektif memilih obat sirup untuk anak sesuai instruksi Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Artinya, ada 156 jenis obat sirup yang aman dikonsumsi dan bebas dari cemaran etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG). “Apotek dan rumah sakit sudah bisa kembali meresepkan. Terkait hubungan GGA dengan sirup, kami juga menunggu kabar terbaru dari pusat,” tandasnya.
Sebelumnya, tercatat empat kasus penyakit GGA di Bumi Penataran. Tiga pasien yakni berusia tiga tahun dari Kecamatan Kesamben, dua tahun dari Kecamatan Wonotirto, dan dua tahun dari Kecamatan Kanigoro. Sementara satu pasien dinyatakan meninggal dunia. (luk/c1/wen)