Trenggalek – Berjalan satu tahun new normal, tingkat okupansi (hunian, Red) hotel mengalami kenaikan. Namun, belakangan ini diduga okupansi hotel khususnya di Kecamatan Watulimo mengalami penurunan. Lantaran akses jalan utama menuju surga Pantai Selatan itu mengalami kerusakan.
Berdasarkan data yang dihimpun Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Trenggalek, tingkat okupansi hotel pada 2022 meliputi Hotel Prigi 16,34 persen; Logano 31,83 persen; Pondok Prigi 7,92 persen; Gedeg 2,47 persen.
Adapun Hotel Hayam Wuruk 14,75 persen; Widowati 30,93 persen; Gotong Royong 30,20 persen; Atriaz 2,42 persen; Bukit Jaaz 14,24 persen; Ratu 27,83 persen; Kuda Laut 4,24 persen; dan Sinar Guru 1,18 persen.
Menurut Kepala Disparbud Trenggalek Sunyoto, tingkat okupansi atau hunian kamar hotel itu mengalami peningkatan jika dibandingkan saat situasi pandemi Covid-19 lalu. “Okupansi pasca-Covid-19 kemarin ada peningkatan, paling tidak ini bisa dipakai sebagai gambaran,” ungkapnya.
Namun begitu, okupansi hotel yang berada di seputar destinasi wisata di Kecamatan Watulimo agaknya mengalami penurunan belakangan ini. Sunyoto menilai penurunan itu berkaitan dengan akses jalan utama menuju pesisir selatan Watulimo yang mengalami kerusakan. “Terkait jalan rusak, pemerintah tahu jika itu rusak akibat bencana. Dua minggu yang lalu, kita dari disparbud sudah bersurat kepada Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) VIII agar segera diperbaiki, karena akses ke Watulimo itu jalan nasional,” ujarnya.
Selain jalan rusak, Sunyoto mengaku ada informasi terkait adanya potensi terjadi gelombang tsunami di selatan Jawa. “Tampaknya peringatan itu juga berefek sehingga pengunjung memilih mengurungkan niat untuk datang ke destinasi wisata di Watulimo,” tambanya.
Menyinggung harapan, disparbud pun menginginkan bila akses jalan nasional di Kecamatan Watulimo cepat ditangani, agar perekonomian masyarakat di kecamatan tersebut segera bergulir. “Sementara sudah kita layangkan surat, tapi sampai kini belum ada balasan,” ucap Sunyoto.
Dengan kondisi yang ada, Pemkab Trenggalek belum menyinggung secara khusus tentang target okupansi hotel pascapandemi Covid-19. “Terus terang belum ada target, tapi terkait pajak yang tahu persis badan keuangan daerah (bakeuda),” ucapnya.
Namun, disparbud tetap melaksanakan pembinaan kepada hotel-hotel di Trenggalek supaya tertib protokol kesehatan, administrasi, dan sebagainya. “Terkait pemantauan, kita hanya bisa sebatas dengan pendataan. Jadi di bulan ini berapa pengunjung yang masuk, bulan kemarin berapa, begitu seterusnya,” pungkasnya. (tra/c1/rka)