TRENGGALEK – Jajaran kepolisian bersama lintas sektor tampaknya tidak bisa tidur nyenyak dalam menghadapi bulan Muharam atau biasa disebut Sura dalam penanggalan Jawa. Pasalnya, ada berbagai kegiatan masyarakat yang bisa memicu terjadinya gesekan, pada awal bulan yang dimulai besok (30/7) tersebut.
Sebab, biasanya pada bulan tersebut terdapat tradisi suatu organisasi yang merayakan malam tirakatan dan sebagainya. Hal tersebut ditambah kegiatan yang biasa dilakukan di masyarakat pada pelosok desa. Tak ayal, kondisi tersebut biasanya mengakibatkan kedatangan massa yang banyak dari daerah lain dan harus disikapi. “Bagi masyarakat Jawa, bulan Sura dianggap sebagai bulan sakral, dan biasanya berbagai ritual adat digelar. Tidak terkecuali di sini (Trenggalek, Red). Makanya, proses pengamanan yang kami lakukan harus lebih intens,” ungkap Kabag Ops Polres Trenggalek Kompol Jimmy Heryanto Hasiholan.
Dia melanjutkan, guna mengamankan kegiatan selama bulan tersebut, polisi telah mempersiapkan strategi pengamanan. Pada beberapa wilayah rawan konflik sudah dipetakan oleh petugas. Nantinya, lokasi tersebut ada penebalan personel pengamanan. “Selain itu, kami juga telah melakukan pemetaan dan persiapan guna mengantisipasi kemungkinan adanya penggembira dari luar kota,” katanya.
Karena itu, selain dari petugas kepolisian, pihaknya juga melibatkan personel dari sejumlah instansi terkait seperti TNI, satpol PP, dan dishub. Dari situ, dalam perayaan malam satu Sura yang akan dilaksanakan hari ini (29/7) malam akan ada 535 personel yang dikerahkan. Kemudian, hari H pada acara tertentu nanti ada 785 personel yang ditugaskan. Jumlah tersebut merupakan gabungan kepolisian, Kodim 0806, satpol PP, dan sishub. “Selain itu, kami juga melakukan imbauan ke semua pihak agar terus menjaga keamanan dan kekondusifan di wilayah masing-masing, serta tidak melakukan konvoi,” jelas Jimmy.
Sementara itu, Kapolres Trenggalek AKBP Alith Alarino menambahkan, dalam proses penjagaan keamanan selama bulan Sura ditekankan pentingnya pentingnya komunikasi, koordinasi, dan kolaborasi antarelemen masyarakat yang ada di Trenggalek. Sebab, dalam hal ini polisi tidak bisa bekerja sendiri. Semua memiliki kewajiban untuk bersama-sama menjaga keamanan. Oleh sebab itu, dukungan dari semua stakeholder dan masyarakat luas sangat diperlukan agar kegiatan selama bulan Sura dapat berjalan lancar.
Apalagi, soal kamtibmas, merupakan sesuatu yang memiliki nilai malah. Dalam artian, jika suatu daerah terganggu kamtibmasnya, maka akan berpengaruh terhadap berbagai aspek, baik ekonomi, sosial, maupun budaya. “Jadi, peringatan pada bulan Sura ini harus sama-sama dijaga. Jangan sampai kegiatan sakral itu ternodai oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Bahkan berimbas pada gangguan kamtibmas dan berdampak pada sosial ekonomi masyarakat,” jelasnya. (jaz/c1/rka)