KOTA, Radar Blitar – Ketika sistem pencernaan mengalami masalah, pasti membuat tidak nyaman. Paling sering dirasakan banyak orang, yakni sakit pada bagian lambung. Terasa nyeri, perih, ataupun mual. Ini bisa menjadi indikasi terjadinya gastritis atau magh.
Hal itu pernah dialami Pyma Maitasari. Perempuan berusia 35 tahun itu awalnya suka dengan makanan pedas.
“Memang sejak sekolah menengah suka pedas. Ada yang kurang jika tidak makan pedas,” ungkapnya.
Namun kini, dia harus mengurangi kebiasaan itu setelah dokter menyatakan ada iritasi lambung sehingga menyebabkan gastritis alias sakit magh. Kekuatan lambung Pyma dalam menahan makanan pedas juga jauh berkurang. Tak seperti saat dirinya masih berseragam putih abu-abu.
Dalam dunia kesehatan, gastritis merupakan kondisi ketika lapisan lambung mengalami iritasi, peradangan, atau pengikisan. Pada lapisan lambung terdapat kelenjar. Fungsinya, menghasilkan asam lambung dan enzim pencernaan.
“Lapisan lambung dilindungi lendir yang tebal, sehingga tidak terjadi iritasi. Saat lendir hilang, bisa terjadi iritasi pada lambung,” ujar dr Budi Santoso, salah seorang dokter umum di RSUD Mardi Waluyo, Kota Blitar.
Berdasarkan waktu perkembangan gejalanya, gastritis dibagi menjadi dua. Yakni gastritis akut, dan kronis. Gastritis akut berkembang secara cepat dan tiba-tiba. Sedangkan gastritis kronis, perkembangannya secara perlahan. Pada grastisi akut, iritasi muncul tiba-tiba.
Umumnya muncul nyeri ulu hati parah walau hanya sementara. Gastrktis kronis, iritasi pada lambung berlangsung lambat, tetapi berlangsung lebih lama.
“Nyeri akibat iritasi lambung yang kronis tak separah dibandingkan gastritis akut. Tetapi terjadi dalam waktu lebih lama,” kata dr Budi Santoso.
Dia melanjutkan, gastritis bisa disebabkan berbagai hal. Di antaranya, konsumsi makanan berpengawet dan kadar garam tinggi, konsumsi makanan berlemak dan berminyak berlebihan, serta konsumsi makanan asam dan pedas berlebihan.
Penyebab lain, yakni mengonsumsi minuman beralkohol jangka panjang, menggunakan narkoba, obat tertentu tanpa rekom dokter, serta kondisi medis tertentu yang dapat menurunkan imun.
“Merokok, konsumsi kopi berlebihan, dan stres juga bisa menjadi faktor risiko gastritis,” jelas dokter ramah itu.
Ada beberapa tanda gastritis yang biasanya dirasakan. Di antaranya, ulu hati nyeri dan panas, nafsu makan hilang, cepat kenyang, perut kembung, cegukan, mual, sakit perut, gangguan saluran cerna, tinja saat BAB hitam pekat, dan muntah darah. Ketika gastritis, dokter biasanya memberi resep obat penghambat tingkat histamin, penghambat produksi asam lambung, serta obat melawan bakteri infeksi.
Gastritis bukan berarti tak dapat dicegah. Menurut dr Budi Santoso, bisa dimulai dengan merubah porsi serta jadwal makan. Yakni dengan mengurangi porsi makan. Ini agar jadwal makan lebih sering dibanding biasanya. Hindari makanan berminyak, asam, pedas. Begitu juga inuman beralkohol.
“Pengendalian stres juga harus dilakukan agar terhindar dari penyakit ini,” terangnya. Jika gejala yang dialami tak kunjung reda, segera periksa ke dokter. Sebab, gastritis juga harus mendapat penanganan secara tepat. (wen/dfs)