TRENGGALEK – Bencana hidrometeorologi basah di wilayah Jawa Timur berimbas cukup parah di Kabupaten Trenggalek. Sebagian besar kabupaten ini mengalami musibah, banjir, tanah longsor, kerusakan material, hingga gagal panen.
Bahkan, bantuan-bantuan sembako dari para sukarelawan (instansi negara/swasta, masyarakat, Red) sampai kini masih terus bergulir. Itu menunjukkan masih ada pihak-pihak yang simpati terhadap dampak bencana di kota yang dulu dikenal Kota Keripik Tempe.
Dampak bencana mayoritas sudah ditangani. Penanganan darurat itu tak lepas dari kegotongroyongan tim gabungan, termasuk mereka dari para relawan. Kini, dampak bencana menyisakan infrastruktur rusak dan membutuhkan perbaikan secara mendesak.
Plt Kepala Badan Keuangan Daerah (Bakeuda) Trenggalek Suhartoko mengungkapkan, pada saat penanganan darurat, bantuan tidak terduga (BTT) sudah dicairkan Rp 529 juta. “Selanjutnya kita fokus pada penanganan mendesak,” ujar Suhartoko saat ditemui di ruangannya.
Pihaknya mengaku sudah ada rapat dengan tim anggaran pemerintah daerah (TAPD) yang membahas tentang kemampuan keuangan daerah. Dari hasil rapat itu, ada rencana untuk mengajukan tahap II penanganan bencana kategori mendesak. “Insya Allah akan ada,” tegasnya.
Dalam rencana pencairan BTT tahap II, lanjut Suhartoko, ada wacana mencairkan BTT senilai Rp 8 miliar (M). Nominal itu bisa kurang atau lebih. “Kita menggeser BTT ke program yang ada di organisasi perangkat daerah (OPD),” ujarnya.
Namun begitu, bakeuda memastikan BTT masih ada anggaran yang terparkir. Anggaran itu sebagai antisipasi jika terjadi bencana lagi selama dua bulan ke depan (hingga tutup tahun anggaran 2022, Red). “Semoga kondisi sudah aman terus, tapi BTT kedaruratan kita tersisa sekitar Rp 4 – 5 M,” tambahnya
Di sisi lain, dana cadangan yang terparkir di BTT senilai Rp 29 M tidak akan disentuh. Menurut Suhartoko, dana itu untuk persiapan pesta demokrasi pada 2024. (tra/c1/rka)