KOTA BLITAR – Gelaran Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Kepulauan Riau (Kepri) tahun ini berbuah manis bagi Tri M. Haisyam. Satu medali emas berhasil dibawa pulang ke Bumi Penataran. Di balik itu, perjuangan yang tak mudah dilakoninya demi mewujudkan medali tersebut.
ADITYA YUDA SETYA PUTRA, Sananwetan, Radar Blitar
Pelataran kantor Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Blitar masih basah oleh hujan. Riak-riak air muncul begitu roda sepeda motor yang lalu-lalang memecah genangan air di permukaan paving itu. Setelah memarkir kendaraannya, Haisyam masuk ke dalam sasana. Kedua tangannya dibalut dengan sarung tinju. Pelindung kaki dan kepala juga tak lupa dikenakan.
Meski baru tiba di arena latihan, wajah remaja 17 tahun itu tampak begitu lelah. Usut punya usut, Haisyam baru saja melakoni perjalanan panjang dari Batam ke Blitar. Itu setelah membawa nama Kabupaten Blitar dan Jawa Timur (Jatim) di ajang Kejurnas Kepri 2022. Tepatnya di cabang olahraga (cabor) kick boxing. “Sudah selesai. Saya menjadi satu dari tujuh atlet Jatim di Kejurnas. Alhamdulillah saya menyumbang satu medali emas,” ungkapnya.
Ada latar belakang panjang alasan dia begitu menyukai olahraga bela diri ini. Satu hal yang pasti, kedua kakaknya juga merupakan mantan atlet bela diri Kabupaten Blitar, yakni di cabor pencak silat. Itu mendorong Haisyam untuk meraih prestasi yang lebih tinggi dari kedua saudaranya. “Karena itu, saya gabung ke kick boxing sejak lima tahun lalu,” sebut bungsu dari tiga bersaudara ini.
Tak sedikit pula medali yang telah disabet di berbagai ajang. Mulai dari medali perak di ajang Kejurprov 2021, lalu medali emas di Kejurnas Open 2022, Piala Bupati Ngawi 2021, Kejurnas Open 2022, hingga Kejuaraan Rambo Kick Boxing di Solo pada 2020 lalu.
Namun, harus diakui, tak mudah meraih prestasi di ajang kejuaraan tingkat nasional. Sadar akan hal itu, induk cabor memberi porsi latihan ekstra keras bagi atlet kontingen Jatim, termasuk Haisyam. “Selama ini latihan khusus untuk Kejurnas digelar selama dua bulan. Lalu, dalam sepekan latihan sebanyak enam kali,” tuturnya.
Harus pandai membagi waktu dengan kegiatan akademik, juga menjadi tantangan tersendiri bagi remaja yang kini duduk di bangku kelas XII SMKN 1 Nglegok ini. Ketinggalan materi pelajaran sekolah sudah hal yang biasa. Namun, hal itu tetap dikejarnya dengan cara banyak belajar di rumah. “Atau sesekali nyontek teman lah. Tapi ndak sering kok,” ungkapnya bercanda.
Meski harus melakoni porsi dan jadwal latihan yang super padat di induk cabor, dia justru ogah mengendurkan latihan mandiri di rumah. Samsak gantung dipukuli setidaknya sebanyak dua sesi dalam sehari. Yaitu, pagi sebelum berangkat sekolah dan malam sebelum tidur. Lalu, dia mentarget lari 10 kilometer (km). Hal itu dilakukan sepekan sekali. “Tapi, pernah juga saya tidak kuat pas lari. Karena saking lelahnya, saya memutuskan untuk menelepon teman untuk menjemput saya di tengah perjalanan (lari 10 km, Red),” katanya.
Bukan hanya itu, remaja yang tinggal di Kelurahan Bence, Kecamatan Garum ini mengungkapkan, cedera seperti halnya keseleo hingga terkilir sudah menjadi “kudapan” saking seringnya. Lalu, wajah lebam seusai latihan sering kali “dibawa” ke sekolah. Namun, baik guru maupun teman sekolahnya sudah terbiasa akan hal itu.
“Iya. Hampir setiap selesai latihan, wajah saya selalu lebam dan membiru karena kena pukul. Padahal sudah pakai pelindung kepala. Tapi, keluarga dan sekolah sudah tahu kalau saya atlet bela diri. Jadi ndak ada masalah,” bebernya.
Namun, semua perjuangannya sudah mendapat hasil setimpal. Raihan medali emas di Kejurnas Kepri 2022 lalu sudah cukup untuk membuktikan ketangguhannya di atas ring. Meski begitu, kiprahnya belum selesai, masih banyak kejuaraan yang ingin ditaklukkannya. Mengingat usianya yang masih muda, rasanya sangat mungkin melihat Haisyam mewakili Indonesia di ajang SEA Games atau ASIAN Games beberapa tahun mendatang. Rupanya, hal itu sesuai dengan apa yang diimpikan.
“Kakak saya dulu atlet silat. Sudah masuk pelatihan khusus dan hampir lolos di seleksi SEA Games, tapi gagal karena cedera patah tulang. Karena itu, saya bertekad untuk menjadi atlet SEA Games demi kakak dan saya sendiri,” harapnya. (*/c1/ady)